Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra

Nasional

Rais PBNU KH Haris Shodaqoh: Halal Bihalal Harus Ditindaklanjuti dengan Instropeksi Diri 

Rais PBNU KH Haris Shodaqoh (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Kesemarakan agenda bermaaf-maafan yang dikemas dalam acara halal bihalal di kalangan umat Islam di sela merayakan Idul Fitri usai menunaikan puasa Ramadhan hendaknya ditindaklanjuti dengan muhasabah atau instropeksi diri.


Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Haris Shodaqoh mengatakan, dari muhasabah itu akan diperoleh bekal untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT dan mempertahankan berbagai amalan sholeh yang dijalankan selama bulan ramadhan.


"Di satu sisi penyelengaraan kegiatan halal bihalal yang semakin marak di berbagai komunitas, tak terkecuali di lingkungan nahdliyin sangat menggembirakan, Islam semakin syiar di masyarakat," kata kiai Haris di Semarang.


Baca Juga:
Pengajian Ahad Pagi di Pesantren Al-Itqon Semarang Dimulai pada Akhir Mei


Kiai Haris mengatakan hal itu saat membuka pengajian kitab tafsir Al-Qur'an Al-Ibriz di Pesantren Al-Itqon Bugen, Kota Semarang, Ahad (22/5). Pengajian yang digelar setiap Ahad pagi ini, selama Ramadhan diliburkan dan dimulai lagi ahad ketiga bulan Syawal 1443 H.


Disampaikan, karena itu pada setiap penyelenggaraan majelis-majelis halal bihalal juga perlu ditekankan pentingnya mempertahankan kesalehan yang diukir pada bulan Ramadhan agar dapat terus dilanjutkan paska merayakan Idul Fitri.


"Jadi, penyelenggaraan halal bihalal jangan sebatas untuk agenda saling memaafkan dan sebatas pelestarian tradisi saja, tetapi harus benar-benar dihayati pentingnya semangat saling memaafkan antarsesama," ucapnya.


Pengajian Ahad pagi di Pesantren Al-Itqon Bugen, Kota Semarang (Foto: Samsul Huda)


Dia menambahkan, tolok ukur keberhasilan halal bihalal salah satunya bisa dilihat dan dirasakan masih melekatkah sifat-sifat buruk seperti dendam, hasut, permusuhan, dan sebagainya lenyap atau tidak pada diri setiap muslim yang berhalal bihalal.


"Kalau sifat buruk itu makin tergerus, berarti melalui ikhtiar halal bihalal berhasil dibersihkan hati yang kotor, itu yang diharapkan. Sebaliknya, kalau selepas halal bihalal masih saja ada pertentangan, kegiatan ini kurang bermakna, itu yang tidak diinginkan," terangnya.


Usai pengajian dibagikan lemper yakni kue makanan,  bahannya dari beras ketan dan abon daging sapi yang dibungkus dengan daun pisang kepada ribuan jamaah pengajian ahad pagi.


Pengurus pengajian ahad pagi Pesantren Al-Itqon H Mujib mengatakan, bersama jamaah pihaknya bersyukur atas tingginya antusias masyarakat untuk ngaji Tafsir Al-Ibriz yang saat ini sudah sampai juz 12.


"Alhamdulillah, meski agenda ngaji Al-Ibriz sudah beberapa kali khatam dan diulangi lagi dari dari awal, jamaahnya semakin banyak. Semoga ini pertanda kesadaran masyarakat untuk ngaji kepada guru yang kompeten semakin meningkat," pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda
 

Samsul Huda
Editor: M Ngisom Al-Barony

Artikel Terkait