5 Keutamaan Merayakan Maulid Nabi Menurut Sayyid Muhammad al-Maliki
Sabtu, 14 September 2024 | 10:00 WIB

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki (tengah) menggandeng KH Abdurrahman Wahid (baju batik) dan KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online)
Semarang, NU Online Jateng
Maulid Nabi merupakan salah satu tradisi umat Islam di Nusantara. Berbagai daerah di Tanah Air memiliki adat dan ciri khas tersendiri dalam merayakannya, mulai dari acara sederhana di masjid hingga acara besar seperti Grebeg Maulud di Yogyakarta yang dihadirkan untuk memperingati kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw.
Meski ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak perayaan Maulid Nabi dan dianggap sebagai bid’ah, namun hal itu dipatahkan oleh ulama-ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, salah satunya Sayyid Muhammad al-Maliki.
Dalam artikel yang ditulis oleh Muhammad Tholhah al Fayyadl yang berjudul 5 Alasan Sunnah Merayakan Maulid Nabi menurut Sayyid Muhammad al-Maliki, Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba’i menyimpulkan, setidaknya ada lima alasan mengapa kita harus merayakan Maulid Nabi, yaitu:
1. Wujud rasa gembira atas kelahiran Nabi
Merayakan Maulid sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad saw pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Abu Lahab, salah satu orang yang membenci Nabi saja diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin karena memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah sebagai wujud rasa bahagia atas kelahiran Nabi.
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari yang artinya:
“Urwah mengatakan, ‘Tsuwaibah adalah budak perempuan milik Abu Lahab. (Ketika Nabi Muhammad lahir) Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi Muhammad (yang baru lahir). Maka, ketika Abu Lahab wafat, sebagian keluarganya bermimpi bertemu Abu Lahab. Sayangnya, Abu Lahab terlihat sangat memprihatinkan keadaanya. Keluarganya bertanya, ‘Apa yang telah terjadi denganmu?’ Abu Lahab menjawab ‘Tidak ada kenikmatan bagiku setelah berpisah dengan kalian kecuali aku diberikan minum di tempat ini (alam akhirat) karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah” (HR al-Bukhari).
Baca Juga
Inilah 10 Manfaat Membaca Shalawat Nabi
2. Kelahiran Nabi Muhammad saw membawa manusia menemukan cahaya agama Islam
Nabi Muhammad banyak berpuasa pada hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahiran Baginda Nabi Muhammad-lah manusia menemukan cahaya agama Islam.
“Tentu, kita sebagai umat Nabi harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi,” kata Muhammad Tholhah.
Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda ‘Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur’an) kepadaku,’ (HR Muslim).
3. Berbahagia karena pertolongan yang Allah swt berikan
Allah swt memerintahkan umat muslim untuk berbahagia dengan rahmat dan pertolongan yang telahs berikan. Sebab, rahmat terbesar yang Allah swt berikan bagi umat manusia adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an menegaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah bagi alam semesta.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta” (QS Al-Anbiya’: 107).
4. Membaca sejarah kehidupan Nabi, menambah rasa cinta pada Nabi
Perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi.
“Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi,” kata Muhammad Tholhah.
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an agar umat Islam banyak membaca shalawat:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS Al-Ahzab: 56).
5. Perayaan maulid Nabi adalah bid'ah hasanah
Perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam. Apalagi, dalam peringatan Maulid Nabi pada umunya juga diisi sengan ceramah dan pengajian yang bermanfaat bagi umat Muslim. Para ulama mengambil dalil bid’ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas’ud:
Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah” (HR Ahmad).