• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Mbah Abdul Malik Sesepuh Mursyid Naqsabandiyah Khalidiyah Tanah Jawa (2-habis)

Mbah Abdul Malik Sesepuh Mursyid Naqsabandiyah Khalidiyah Tanah Jawa (2-habis)
Almaghfurlah KH Abdul Malik Purwokerto (Foto: istimewa)
Almaghfurlah KH Abdul Malik Purwokerto (Foto: istimewa)

Sanad thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah telah ia peroleh secara langsung dari ayah beliau yakni Syekh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad Thariqah Sadziliyah diperolehnya dari Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al-Makki (Makkah).


Dalam hidupnya, Mbah Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan shalawat. Beliau tak kurang membaca shalwat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali menghatamkan Al-Qur’an. Adapun shalawat yang diamalkan adalah shalawat Nabi Khidir AS atau lebih sering disebut shalawat rahmat, yakni 'Shallallah ala Muhammad'. Dan itu adalah shalawat yang sering beliau ijazahkan kepada para tamu dan murid beliau. Adapun shalawat-shalawat yang lain yang beliau amalkan adalah shalawat Al-Fatih, Al-Anwar, dan lain-lain.


Mbah Malik dikenal sebagai ulama yang mempunyai kepribadian yang sabar, zuhud, tawadhu, dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukkan ketinggian dari akhlak yang melekat pada dirinya. Sehingga amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya. Di samping dikenal memiliki hubungan yang baik dengan para ulama besar umumnya, Mbah Abdul Malik memiliki hubungan yang sangat erat dengan ulama dan habaib yang dianggap oleh banyak orang telah mencapai derajat waliyullah, seperti Habib Soleh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul, Jember, Habib Ahmad Bilfaqih Yogyakarta, Habib Husein bin Hadi Al-Hamid Brani, Probolinggo, KH Hasan Mangli Magelang, Habib Hamid bin Yahya Sokaraja, Banyumas, dan lain-lain.


Diceritakan, saat Habib Soleh Tanggul pergi ke Pekalongan untuk menghadiri sebuah haul. Selesai acara haul, Habib Soleh berkata kepada para jamaah, ”Apakah kalian tahu, siapakah gerangan orang yang akan datang kemari? Dia adalah salah seorang pembesar kaum arifin di tanah Jawa.” Tidak lama kemudian datanglah Syekh Abdul Malik dan jamaah pun terkejut melihatnya. Hal yang sama juga dikatakan oleh Habib Husein bin Hadi Al-Hamid Brani, Kraksaan, Probolinggo bahwa ketika Syekh Abdul Malik berkunjung ke rumahnya bersama rombongan, Habib Husein berkata, ”Aku harus di pintu karena aku mau menyambut salah satu pembesar Wali Allah.”


Baca juga:

https://jateng.nu.or.id/tokoh/mbah-abdul-malik-sesepuh-mursyid-naqsabandiyah-khalidiyah-tanah-jawa-1-tMZrz


Dalam berbagai kesempatan oleh murid kesayangan Mbah Malik yakni Habib Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya Pekalongan mengaku bahwa dirinya memiliki ratusan guru rohani, tapi yang 'kemantil-kantil' di pelupuk mata beliau adalah Mbah Malik.


Tiga hal yang diwasiatkan kepada penerus Mbah Malik yaitu jangan tinggalkan shalat, jangan tinggalkan Al-Qur’an, dan jangan tinggalkan shalawat. Di samping itu dalam berbagai kesempatan Mbah Malik sering menyampaikan pesan-pesannya kepada murid-murid dan cucu-cucunya untuk melakukan dua hal, yaitu pertama agar selalu membaca shalawat kepada Rasulullah SAW dan kedua agar sellau mencintai serta menghormati dzuriyyah (cucu-cucu) Rasulullah SAW.


Penerus Mbah Malik


Mbah Malik adalah guru besar Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah dan Syadziliyah Indonesia. Silsilah kemursyidan diserahkan kepada murid kesayangan beliau yakni Habib Muhammad Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya dan cucu beliau Abdul Qadir bin Ilyas Noor.


Kalau kepada sang cucu hanya kemursyidan t​​​​​​Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah saja, namun kemursyidan kedua thariqah besar tersebut (Naqsyabandi dan Syadzili) diserahkan kepada muridnya yakni Habib Muhammad Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya Pekalongan.


Mbah Malik menurunkan seorang anak laki-laki dari Nyai Siti Warsiti yang lebih dikenal Mbah Johar putri Syekh Abubakar bin H Yahya Kaliwedi, guru mbah Malik)yakni Ahmad Busyairi, namun meninggal dalam usia 36 tahun (1953). Sedang dari Mbah Mrenek Maos Cilacap, tidak dikaruniai anak. Dari perkawainannya dengan Nyai Siti Hasanah putri H Abdul Khalil Kedung Paruk, ia menurunkan seorang putri yaitu Nyai Khairiyah. Sang putri tunggal ini Nyai Khairiyah menurunkan sembilan anak. Dengan Kiai Anshor Sokaraja, satu orang putri yaitu Hj Siti Fauziyah dan dari Kyai Ilyas Noor, delapan anak tiga laki-laki dan lima perempuan yaitu Hj Siti Faridah, KH Abdul Qadir, Siti Fatimah, Siti Rogayah, KH Said, KH Muhammad Ilyas Noor, Hj Isti Rochati, dan Nurul Mu’minah.


Tiga generasi peneruskan Mbah Malik yang melanjutkan amaliah Mbah Malik masing-masing yakni pertama KH Abdul Qadir bin KH Ilyas Noor Subtil Malik lahir di Kedung Paruk 11 Oktober 1942 wafat pada hari Selasa 19 Maret 2002 (5 Muharam 1423 H dalamusia 60 tahun) dan dimakamkan di belakang Masjid Bahaa-ul-Haq wa Dhiyaa-uf-Dien. Ia memangku kemursyidan selama 22 tahun (1980-2002).


Penerus kedua yakni yakni KH Said bin KH Ilyas Noor Subtil Malik lahir di Kedung Paruk pada tanggal 15 April 1951 wafat pada hari kamis tanggal 3 Juli 2004 dalam usia 53 tahun dan dimakamkan di belakang Masjid Bahaa-ul-Haq wa Dhiyaa-uf-Dien. Ia memangku kemursyidan selama 2 tahun (2002-2004). Selepas itu kemursyidan thariqah dari tahun 2004 sampai sekarang dipegang oleh KH Muhammad bin KH Ilyas Noor Subtil Malik.


Syekh Abdul Malik wafat pada Kamis 2 Jumadil Akhir 1400 H (17 April 1980) pada usia 99 tahun dan dimakamkan di belakang masjid Bahaaul-Haq wa Dhiyaa-ud-Dien, Kedung Paruk Purwokerto Banyumas dan memangku kemursyidan selama 68 tahun (1912-1980). 


Pengirim: Aji Setiawan
Editor: M Ngisom Al-Barony


Tokoh Terbaru