Ketika Orang Gila Bertanya tentang Adab Berbicara
Suatu hari Imam Junaidi Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi dan ahli fiqih yang pernah menjabat sebagai qodli di Baghdad yang kemudian berhenti dan memilih jalan sufistik bertemu dengan seorang lelaki yang sepintas seperti orang gila, ia benar-benar sangat terkejut ketika tiba-tiba lelaki itu bertanya kepadanya.
“Tahukah kamu tentang adab berbicara?, pertanyaannya belum sempat dijawab, lelaki itu melanjutkan ucapannya “bagaimana engkau akan menjadi guru bagi murid-muridmu dan bagaimana mungkin engkau bisa menjadi seorang ulama kalau kamu tidak tahu adab berbicara?”.
Lelaki itu lalu mengajarkan adab berbicara kepada Imam Junaidi, “adab bicara adalah; engkau harus memastikan bahwa bicaramu itu benar-benar berasal dari hati yang bersih, tidak ada gunanya engkau memberi pengajaran agama, tidak ada gunanya engkau bernasehat agama, tidak ada gunanya engkau bicara tentang Al-Qur’an dan hadits kalau hatimu dipenuhi rasa dendam, hasud, iri, dengki, dan penuh dengan kemunafikan.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara Ayat 88-89 bahwa hanya hati yang bersih yang akan menyelamatkan seseorang kelak di hari yang sangat genting.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ • اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
Artinya :
Pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS Asy-Syu'ara : 88-89)
Ibnu Rajab Rahimahullah berkata, sibuk dengan menyucikan hati adalah lebih baik daripada memperbanyak puasa (sunah) dan salat (sunah) yang disertai dengan menipu hati dan ada khianat dalam hatinya.
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng