Taushiyah

Hidup Itu Tidak Bisa Tanpa Uang (Rejeki)

Jumat, 25 Juni 2021 | 17:00 WIB

Hidup Itu Tidak Bisa Tanpa Uang (Rejeki)

KH Bahauddin Nur Salim

Jika judul di atas dibaca sekilas, kita akan mengira bahwa judul itu keliru atau salah ucap. Namun kalau kita mencermati penjelasannya secara utuh, mungkin kita akan manggut-manggut memahami.

 

Konteks pernyataan itu adalah ketika beliau mengkritik para sufi yang hanya mengajarkan ikhlas dan tidak mau membahas tentang hal-hal yang sifatnya duniawi, uang, dan rejeki. Karena bagi mereka semakin banyak uang akan semakin banyak hal yang harus dipertanggungjawabkan saat hisab kelak.

 

“Karena hidup itu tanpa melibatkan rejeki itu tidak bisa,” tuturnya.

 

Dirinya menjelaskan bahwa beberapa sufi enggan membahas rejeki. Padahal Allah SWT saja tidak malu menyebut dirinya sebagai Dzat Pemberi Makan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat al-Quraisy ayat 3-4:

 

فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ – ٣ الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ ࣖ – ٤

 

Artinya: Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.

 

Bukan hanya itu, dirinya juga menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim pun tidak malu untuk meminta rejeki kepada Allah SWT, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 37:

 

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ – ٣٧

 

Artinya: Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

 

Oleh karena itu, Gus Baha pun menyebutkan bahwa memilih laku sufi dan tidak memikirkan harta itu baik, tapi tidak baik jika semua muslim begitu. Karena hidup atau bahkan berjuang, apalagi perjuangan untuk agama itu melibatkan uang. Dirinya mengutip sebuah ayat:

 

وجاهدوا بأموالكم

 

Nak, berjuanglah. Perjuangan itu melibatkan uang,” tuturnya menjelaskan ayat di atas.

 

 

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Pengasuh Pesantren Al-Qur'an di Kragan, Narukan, Rembang.