• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Regional

Wakil Ketua PWNU Jateng KH Hasyim Muhammad Dikukuhkan Jadi Guru Besar UIN Walisongo Semarang 

Wakil Ketua PWNU Jateng KH Hasyim Muhammad Dikukuhkan Jadi Guru Besar UIN Walisongo Semarang 
KH Hasyim Muhammad saat menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar UIN Walisongo Semarang (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)
KH Hasyim Muhammad saat menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar UIN Walisongo Semarang (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Hasyim Muhammad dikukuhkan sebagai guru besar di bidang pemikiran Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. 


Rektor UIN Walisongo Semarang Prof KH Imam Taufiq mengatakan, Prof Hasyim Muhammad adalah salah satu pemikir andal di UIN Walisongo Semarang. Hal itu dapat dibuktikan melalui berbagai karya akademik yang berorientasi pada bidang ilmu filsafat Islam. 


"Termasuk gagasannya dalam mengarusutamakan filsafat sebagai basis nalar keislaman yang menjadi framework pengembangan khazanah keilmuan Islam yang berporos pada perkembangan peradaban masyarakat Islam," kata Prof Imam yang juga Wakil Rais PWNU Jateng saat mengukuhkan Prof Dr Hasyim Muhammad di Auditorium Kampus III  UIN Walisongo Semarang, Rabu (15/3/2023).


Disampaikan, gagasan Prof Hasyim Muhammad juga menjadi titik terang atas persoalan besar stagnansi perkembangan keilmuan Islam dewasa ini, yakni terbatasnya literatur keislaman yang komprehensif dan inklusif, mengingat maraknya publikasi rumusan ilmu keislaman yang cenderung dikotomis dan mengabaikan nilai etis terkait konteks sosial kemanusiaan yang dinamis.


"Kehadiran Prof Hasyim semakin menegaskan peran dan kontribusi UIN Walisongo Semarang dalam pengembangan peradaban melalui karya akademik yang kontekstual dengan dinamika perkembangan zaman," tegasnya.



Prof KH Hasyim Muhammad (kanan) bersama Rektor UIN Walisongo Semarang usai pengukuhan sebagai guru besar (Foto: Samsul Huda)


Ditambahkan, gagasan pengarusutamaan filsafat sebagai basis nalar keislaman ini juga turut menekankan konsep integrasi keilmuan yang menjadi ruh dan distingsi dalam setiap lini pengelolaan dan pengembangan institusi UIN Walisongo Semarang. 


"Berdasar pada paradigma kesatuan ilmu (Unity of Sciences), UIN Walisongo Semarang berporos pada tiga inti pengembangan keilmuan yakni humanisasi ilmu-ilmu agama, spiritualisasi ilmu modern dan revitalisasi kearifan lokal," ucapnya.


Ke depan ujarnya, Prof Hasyim Muhammad juga perlu untuk mencurahkan ijtihadnya dalam pasaraya kajian dan isu integrasi antara agama, filsafat, dan sains modern sebagai salah satu ciri khas era kontemporer ini. 


Bahkan menurutnya, dalam Kementerian Agama tema 'integrasi ilmu pengetahuan' merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi khususnya ketika ada STAIN atau IAIN yang mau konversi menjadi UIN.


"Dalam konteks inilah saya kira, UIN Walisongo Semarang telah memberikan kontribusi nyata dengan paradigma keilmuannya yaitu kesatuan ilmu pengetahuan (wahdatul al-‘ulum /unity of sciences)," ujarnya.


Prof KH Hasyim Muhammad dalam pidato pengukuhan berjudul 'Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman' mengatakan, apa yang disampaikannya dalam pidato berdasarkan pada kenyataan sejarah bahwa filsafat memiliki peran sangat strategis sebagai alat dukung utama dalam berijtihad yang menghantarkan Islam memasuki zaman keemasan. 


"Pesatnya perkembangan ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, fiqih, kalam, dan lain-lain tidak lain karena para intelelektual muslim menjadikan filsafat sebagai basis kajian," katanya.


Hanya saja lanjutnya, kondisi ini tidak berlangsung lama, karena tidak semua ulama menyepakati keabsahan filsafat sebagai basis kajian Keislaman. Menurutnya, Jumhur ulama justru memandang filsafat sebagai ilmu yang menyesatkan.  


"Akibatnya pada abad pertengahan kejayaan Islam mulai memasuki era kegelapan. Bangunan ilmu-ilmu keislaman mengalami stagnasi, bahkan keruntuhan seiring dengan penghakiman terhadap filsafat yang dianggap sebagai ilmu yang sesat dan menyesatkan," ucapnya.


Atas dasar argumen itu lanjutnya, signifikansi filsafat sebagai alat studi ilmu-ilmu keislaman dan beragam kritik terhadap kelemahannya sekaligus juga mengemukakan beberapa alternatif pendekatan untuk menyempurnakannya.


Abad ke-13 M merupakan awal dari runtuhnya bangunan ilmu-ilmu keIslaman yang sebelumnya sempat mengalami masa pencerahan. Bahkan hingga saat ini, dominasi pemikiran konservatif telah humelumpuhkan kekuatan daya nalar sebagian besar umat Islam. 


"Benteng pemikiran konservatif seakan mustahil ditembus oleh percikan-percikan pemikiran baru yang muncul di kalangan pemikir muslim. Segala upaya yang dilakukan oleh tokoh tertentu yang mencoba untuk keluar dari pemikiran mainstream harus kandas oleh kekuatan status quo yang terlanjur mapan. Akibatnya, hingga saat ini ilmu-ilmu keislaman tidak mengalami perkembangan yang berarti," pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda


Regional Terbaru