• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 6 Mei 2024

Regional

Usulkan Gelar Pahlawan Nasional untuk Kiai Sholeh Darat, Ini Syaratnya

Usulkan Gelar Pahlawan Nasional untuk Kiai Sholeh Darat, Ini Syaratnya
Kegiatan seminar usulan gelar pahlawan nasional bagi Mbah Sholeh Darat di Kampus Unwahas semarang (Foto: NU Online Jateng/Rifqi)
Kegiatan seminar usulan gelar pahlawan nasional bagi Mbah Sholeh Darat di Kampus Unwahas semarang (Foto: NU Online Jateng/Rifqi)

Semarang, NU Online Jateng
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang mengusulkan KH Muhammad Sholeh bin Umar atau yang masyhur dengan nama Mbah Sholeh Darat Semarang untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. 


Guru besar Fakultas Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Wasino saat seminar pengajuan gelar pahlawan nasional dalam rangka Haul Mbah Sholeh ke 124 di Gedung Rektorat Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) mengatakan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon.


"Ketentuan pertama harus ada naskah akademik. Secara spesifik Mbah Sholeh bisa saja masuk dalam kategori pahlawan pemikiran tentang Islam keindonesiaan atau Nusantara," ujarnya
 

Dosen Pasca Sarjana Unwahas itu juga menyebut syarat itu cukup mudah lantaran kajian akademik terhadap pemikiran Mbah Sholeh sudah banyak dilakukan oleh kalangan akademik, baik untuk bahan skripsi, tesis dan bahkan disertasi. "Harus ada seminar nasional yang diakui oleh para pakar," ucapnya.


Ketiga sambungnya, melahirkan gagasan besar. Menurutnya hal itu juga sudah terbukti dengan adanya NU dan Muhammadiyah. Sebab katanya, kedua organisasi massa ini dipengaruhi oleh pemikiran Mbah Sholeh yang tidak lain guru dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari.
 

"Karya asli menjadi bukti, makam dan nama jalan diajukan sebagai sumber primer," urainya.


Kendati demikian sambungnya, dirinya mengingatkan bahwa tidak banyak gelar pahlawan nasional yang diberikan oleh pemerintah dalam setiap tahun. "Presiden hanya menandatangani 7 setiap tahun," terangnya.


Peneliti ulama nusantara dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jakarta Ahmad Ginanjar Sa'ban memaparkan, Mbah Sholeh cukup populer bagi kolonial Belanda. "Ada banyak tulisan asli Syekh Sholeh Darat di Leiden," ungkapnya.


Bahkan menurutnya, Mbah Sholeh Darat juga masuk dalam pemberitaan koran terbitan Belanda. "Data kesejarahan banyak di Belanda," jelasnya.


Ginanjar lantas menerangkan bahwa Mbah Sholeh Darat merupakan inisiator kitab berbahasa Jawa Pegon. "Mungkin banyak yang satu thobaqat atau sekurun dengan Syekh Sholeh yang membuat karya dengan tulisan Arab Pegon, namun yang dicetak oleh percetakan secara resmi baru Syekh Sholeh Darat," paparnya.


Kepada NU Online Jateng, Kamis (25/4/2024) Ginanjar juga menyebut Mbah Sholeh Darat sangat tertib dalam keilmuan dan sekaligus punya kesadaran sejarah yang tinggi dalam hal sanad keilmuan. "Kiai Sholeh Darat menuliskan guru-guru dan mengajarkan ilmu apa," ungkapnya.


Dari paparan yang disampaikan, Ginanjar banyak menyebut nama guru Mbah Sholeh Darat dari berbagai pulau dan negara. "Mbah Sholeh Darat berkiprah di berbagai negara. Mbah Sholeh bukan ulama lokal, tapi ulama internasional," pungkasnya.


Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat


Regional Terbaru