• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Regional

Terorisme Berawal dari Perasaan Tertindas

Terorisme Berawal dari Perasaan Tertindas
Halaqah Kebangsaan sambut Hari Santri 2020, MWCNU Semarang Barat, Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/M Taufiqillah)
Halaqah Kebangsaan sambut Hari Santri 2020, MWCNU Semarang Barat, Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/M Taufiqillah)

Semarang, NU Online Jateng

Danramil Semarang Barat Mayor Infantri Ahmad Mubarok mengatakan, terorisme berakar dari persepsi kondisi tertindas yang berlangsung secara terus-menerus, yang dilakukan oleh bangsa barat pimpinan AS terhadap agama tertentu.

 

"Dalam dimensi internasional, hal itu dianggap ketidakadilan yang harus diubah," kata Mubarok dalam Diskusi Kebangsaan yang diadakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Semarang Barat di di Aula lantai 2 kantor Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (17/10).

 

Lebih lanjut ia mengungkapkan, para pelaku terorisme dan radikalisme menganggap cara damai untuk mendapatkan perubahan tidak akan bisa terjadi. "Karena itu kekerasan adalah cara yang sah untuk mencapai tujuan. Melawan dianggap sebagai satu-satunya cara membebaskan diri dari penindasan," ujarnya.

 

Sedangkan dalam dimensi nasional sambungnya, akar terorisme berasal dari salah tafsir terhadap ajaran agama untuk mencapai tujuan kelompoknya, balas dendam, psikologi, kemiskinan, ketidakadilan, pendidikan, dan politik. 

 

 

Camat Semarang Barat Heroe Soekendar mengingatkan tentang penerapan protokol kesehatan dalam era kenormalan baru menghadapi Covid-19. Selain itu, ia meminta kepada warganya, terkhusus NU agar selalu bersatu. 

 

"Warga NU harus ikut menjaga keutuhan bangsa dengan silaturahim," kata Heroe mengimbau.

 

Diskusi Kebangsaan bertema 'Intoleransi dan Radikalisme' merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Santri 2020 yang digelar MWCNU Semarang Barat. Meenurut Rais MWCNU Semarang Barat, KH Muhdi Sulaiman, diskusi dalam rangka Hari Santri dilakukan setelah menimbang perlunya penguatan wacana kebangsaan. 

 

"Generasi NU harus mengetahui dan siap menghadapi tantangan-tantangan di era sekarang dan masa depan. Yang nyata ada dua, intoleransi dan radikalisme," ucapnya.

 

Meski pemerintah melakukan pembubaran terhadap Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang menyimpang dari Pancasila, namun menurut Kiai Muhdi aksi intoleransi dan radikalisme di Indonesia masih marak. 

 

"Hal ini yang membuat MWCNU Semarang Barat adakan diskusi kebangsaan yang bertemakan, 'Intoleransi dan Radikalisme'. Agar masyarakat paham pentingnya negara dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah," tuturnya kepada NU Online Jateng, Selasa (20/10).

 

Kontributor: Much Taufiqillah Al Mufti, Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru