• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 10 Mei 2024

Regional

Saat Ini Umat Butuh Jurnalisme Santri

Saat Ini Umat Butuh Jurnalisme Santri
H Agus Fathuddin Yusuf (tengah) saat menjadi narasumber Workshop Zona Kreator IPNU Jateng. (Foto: NU Online Jateng/Diqqy)
H Agus Fathuddin Yusuf (tengah) saat menjadi narasumber Workshop Zona Kreator IPNU Jateng. (Foto: NU Online Jateng/Diqqy)

Semarang, NU Online Jateng

Di dalam dunia jurnalistik, dikenal 'tujuh dosa mematikan' atau 'seven deadly sins' yang merupakan praktik menyimpang dari kebebasan pers. Oleh karena itu, diperlukan model baru jurnalisme di masa kini, yang disebut Jurnalisme Santri.

 

Hal tersebut disampaikan Wartawan Harian Suara Merdeka Semarang, H Agus Fathuddin Yusuf, di depan para peserta Workshop Zona Kreator Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Tengah, Sabtu (14/11).

 

Alumnus Nanchang University China itu mengatakan, 'tujuh dosa mematikan' tersebut meliputi distorsi informasi, dramatisasi fakta palsu, mengganggu privasi, pembunuhan karakter, eksploitasi seks, meracuni pikiran anak, dan penyalahgunaan kekuasaan. Sehingga, Jurnalisme Santri merupakan gagasan baru sebagai jawaban atas persoalan tersebut. "Jurnalis santri adalah sosok dai di bidang media atau pers," tegasnya.

 

Dia menjelaskan, Jurnalisme Santri tersebut terikat dengan nilai-nilai, norma, dan etika Islam dalam meliput, menulis, dan menyebarluaskan berita. Karena jurnalis adalah juru dakwah untuk menebarkan kebenaran ilahi, sambung Agus, maka Jurnalis Santri laksana ‘penyambung lidah’ para nabi dan ulama.

 

Karena itu, kandidat doktor UIN Walisongo Semarang itu melanjutkan, jurnalis santri dituntut memiliki sifat-sifat kenabian, meliputi sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan).

 

"Jadi, Jurnalisme Santri menekankan pada penerapan nilai-nilai mulia. Adagiumnya pun bukan lagi 'the bad news is a good news', melainkan 'the good news is a good news'," pungkasnya.

 

Pewarta: Muhammad Fajar Sodik
Editor: Hasan Fauzy


Regional Terbaru