Regional

PCNU Kota Salatiga Peringati Harlah NU ke-102: Tekankan Kolaborasi dan Kontribusi NU bagi Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:00 WIB

PCNU Kota Salatiga Peringati Harlah NU ke-102: Tekankan Kolaborasi dan Kontribusi NU bagi Indonesia

PCNU) Kota Salatiga memperingati Hari Lahir (Harlah) NU ke-102 dengan pengajian bersama KH Abdul Ghofur Maemun pada Selasa (4/2/2025). Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren Agro Nur Elfalah Pulutan Salatiga

Salatiga, NU Online Jateng 

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Salatiga memperingati Hari Lahir (Harlah) NU ke-102 dengan pengajian bersama KH Abdul Ghofur Maemun pada Selasa (4/2/2025). Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren Agro Nur Elfalah Pulutan Salatiga mengusung tema "Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat".


Ketua PCNU Kota Salatiga, KH Muslikh, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mencapai kesejahteraan bersama. 


“Harlah ke-102 meniko bertema Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat. Ini mengandung makna bahwa kita harus berintegrasi dan berkolaborasi antara Jam’iyah Nahdlatul Ulama dan semua komponen umat Islam untuk mewujudkan maslahat di Indonesia,” ujarnya.


Kolaborasi tersebut, lanjutnya, mencakup berbagai bidang seperti keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. 


“Dengan kerja sama yang solid, kita dapat menciptakan Indonesia yang sejahtera, rahmatan lil alamin bagi semua umat,” tambahnya.


Di tengah acara, hadirin disuguhi video profil PCNU Kota Salatiga, dilanjutkan penampilan grup rebana dari Ponpes Agro Nur Elfalah yang semakin menambah semarak suasana.


Pejabat Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, turut menggarisbawahi peran NU dalam menjaga toleransi dan kedamaian di Kota Salatiga. 


“NU adalah salah satu penjaga utama keberagaman dan toleransi di kota ini. Ketika Salatiga dikenal sebagai kota paling toleran di Indonesia, itu berkat panjenengan semua yang menjadi guru toleransi di sini,” ungkapnya.


KH Abdul Ghofur Maemun (Gus Ghofur) dalam tausiyahnya mengingatkan pentingnya meneladani para pendiri NU seperti Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah. 


“Kita memiliki tokoh luar biasa seperti Mbah Hasyim, Mbah Wahab, dan Mbah Bisri. Mereka mewariskan perjuangan yang harus kita lanjutkan,” tuturnya.


Ia juga menekankan pentingnya menghidupkan semangat para sahabat Nabi dan teladan Walisongo dalam perjuangan NU di masa kini. 


“Sayidina Umar adalah politisi ulung, dan Mbah Wahab mengajarkan kita bahwa NU harus berani tampil untuk kemaslahatan umat,” jelasnya.


Gus Ghofur berharap NU di usianya yang ke-102 semakin kuat dan terus berkontribusi besar untuk bangsa. 


“Nahdlatul Ulama adalah salah satu benteng terkuat bangsa Indonesia. Dalam usia 102 tahun, NU harus semakin kokoh dan meningkatkan kontribusinya untuk negara,” pungkasnya.


Acara ini menjadi momentum refleksi dan penguatan peran NU di masyarakat, menegaskan kontribusi nyata NU dalam mewujudkan Islam yang ramah dan toleran di Indonesia.

Penulis: Ririn Khoirunnisa