• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Regional

Ketua NU Banyumas: Menjadi Pengurus NU Itu Anugerah

Ketua NU Banyumas: Menjadi Pengurus NU Itu Anugerah
Ketua PCNU Banyumas KH Sabar Munanto (Foto: NU Online Jateng/Suwitno)
Ketua PCNU Banyumas KH Sabar Munanto (Foto: NU Online Jateng/Suwitno)

Banyumas, NU Online Jateng
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas KH Sabar Munanto menyampaikan, menjadi pengurus NU adalah sebuah anugerah besar yang diberikan oleh Allah Taala. 


“Kalau berhidmat di NU Insyaallah akan bersinar. Kalau misal tidak dilantik kira-kira kumpul di sini nggak? Ini hal baik nggak? Jadi karena dilantik Allah menggiring kita kepada kebaikan,” katanya


Hal itu disampaikan Kiai Sabar dalam acara pelantikan Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWCNU) Kecamatan Gumelar pada Selasa (20/6/2022) malam.


Dijelaskan, secara langsung maupun tidak langsung, berkhidmat di NU adalah kesempatan untuk bersyukur. “Islam itu adalah kebaikan, apalagi jadi orang Islam pengurus NU lagi. Jadi pengurus NU itu menjadi hal yang luar biasa,” ucapnya. 


Dikatakan bahwa Allah memakai kata tabarak, sebagaimana ia kutip dari Al-Qur’an Surat Al-Mulk ayat satu sampai dua 'Tabaarakal lazii biyadihil mulku wa huwa alaa kulli shai-in qadiir. Alladzii khalaqal mawta walhayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu amalaa'.
 

"Yang artinya: Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya," ucapnya. 


Kemudian ia bercerita mengenai kisah Sayyidina Hasan yaitu putera Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah, dirinya mengajak kepada nahdliyin untuk meneladani kisah tersebut. Menurutnya cara berpikir seperti Sayidina Ali yaitu menghindari peperangan.


“Pengikutnya Sayyidina Hasan itu meminta kepadanya untuk meneruskan pemerintahan ayahnya, yaitu Sayidina Ali. Akan tetapi di lain cerita Muawiyah menginginkan menjadi khalifah/kepala pemerintahan. Pasti akan terjadi peperangan, kemudian Sayyidina Hasan bilang ‘udah ngga usah perang, aku mau mundur saja, ngga usah perang, karen kalau perang itu pasti ada yg meninggal,” ceritanya.


“NU pada suatu titik mengikuti cara pikir itu, makanya di Indonesia setelah NU lahir kemudian tidak terjadi pertumpahan darah. Padahal dulu orang Indonesia itu suka perang. Buktinya kita lihat pada zaman Ken Arok pada rebutan kekuasaan,” lanjutnya bercerita.


Kepada NU Onlline Jateng, Rabu (22/6/2022)  Kiai Sabar Munanto berpesan supaya pengurus NU tingkat kecamatan untuk memikirkan umat. Lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, atau sekolah harus didukung oleh pengurus NU. 


“Kalau pesantren dan madrasah dibiarkan sendirian, maka tidak akan bisa jalan sendiri. Kalau ada pengurus NU  yang ngurus pesantren dan madrasah, maka pesantrendan madrasah pun akan ikut berkembang,” pungkasnya.


Pengirim: Suwitno
 


Regional Terbaru