Jurnalisme Selamatkan Santri dari Ancaman Hoaks di Jagad Maya
Kamis, 18 Maret 2021 | 15:00 WIB
Samsul Huda
Penulis
Semarang, NU Online Jateng
Meski berada di kawasan tertutup saat nyantri di pondok, santri harus mendalami jurnalisme untuk menyelamatkan diri dari pengaruh hoaks atau penyebarluasan informasi bohong yang membanjiri jagad maya.
Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Nasrulloh Afandi mengatakan, penyebaran berita bohong atau hoaks sulit dibendung dan mengancam siapa saja, tak terkecuali santri dan kiai.
"Karena itu masyarakat pesantren perlu ditumbuhkan imunnya agar memiliki ketahanan diri sehingga tidak mudah terjebak dalam pusaran arus hoaks yang sudah memakan banyak korban itu," kata kiai Nas kepada NU Online Jateng di Semarang, Kamis (18/3).
Menurutnya, imun bisa ditumbuhkan melalui aktvitas pendalaman jurnalisme yang dapat membentuk karakter diri untuk selalu mengutamakan konfirmasi dan validasi atas munculnya berbagai informasi dan opini demi memastikan akurasi, fakta, dan kebenarannya.
"Jika spirit jurnalisme melekat pada tiap diri warga masyarakat pesantren terutama santri, maka hampir dapat dipastikan tidak mudah terpengaruh dengan informasi hoaks sekalipun di dunia maya yang tidak mengenal batas teritorial itu," tegas Kiai Nasrullah yang juga Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat itu.
Karena lanjutnya, santri sudah terbiasa dengan budaya konfirmasi dan validasi untuk memastikan kebenaran informasi atau opini sebelum mereaksi atau merespons terutama di ranah dunia maya.
"Agar spirit jurnalisme tumbuh sudah saatnya para santri selama belajar di pondok juga dikenalkan dengan dunia jurnalisme melalui pelatihan-pelatihan jurnalistik secara berjenjang," terangnya.
"Selain akan memberikan pengalaman secara langsung ujarnya, agenda ini juga akan memberikan bekal kepada para santriwan dan santriwati terkait dasar ilmu jurnalistik yang dapat digunakan untuk memilah atau menyaring antara kebenaran berita dan virus hoaks," sambungnya.
Dikatakan, kehadiran media sosial (medsos) semakin menyuburkan peredaran hoaks, kemudahan membangun akses komunikasi disalahgunakan untuk menyebarkan narasi kebencian, intoleransi dan pencitraan untuk merebut kepercayaan publik meski harus berbohong.
Pengamat media Universitas Diponegoro (Undip) Amiruddin mengatakan, santri juga menjadi salah satu sasaran gerakan cuci otak melalui narasi-narasi hoaks. Karena itu perlu ada pendekatan khusus, di antaranya melalui pengenalan elemen-elemen jurnamisme.
"Kami yakin para kiai yang mengasuh pesantren telah membentengi santri-santrinya dari berbagai ancaman termasuk hoaks melalui berbagai cara dan aktivitas jurnalistik bisa dijadikan sebagai salah satu alternatifnya," pungkasnya.
Penulis: Samsul Huda
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Muslimat NU DIY Gelar Bakti Sosial dan Pasar Murah Guna Ringankan Beban Masyarakat
6
Gelorakan Dakwah Lewat Tulisan, NU Online Kumpulkan Jurnalis Muda Nahdliyin se-Jateng dan DIY
Terkini
Lihat Semua