• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Regional

Madrasah Diniyah, Benteng Pertahanan Kedua Setelah Pesantren

Madrasah Diniyah, Benteng Pertahanan Kedua Setelah Pesantren
Pertemuan 3 lembaga PWNU Jateng yang membahas penguatan pendidikan diniyah. (Foto: NU Online Jateng/Zulfa)
Pertemuan 3 lembaga PWNU Jateng yang membahas penguatan pendidikan diniyah. (Foto: NU Online Jateng/Zulfa)

Semarang, NU Online Jateng

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menginisiasi pertemuan tiga lembaga yang ada di bawahnya guna membahas penguatan pendidikan diniyah yang ada di bawah naungan Nahdlatul Ulama.

 

Ketiga lembaga yang mengikuti pertemuan yang berlangsung pada Senin (15/3) dan bertempat di Gedung PWNU Jateng ini ialah Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU), dan Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU Jateng.

 

"Tugas ini dari awal pelantikan pengurus memang telah diamanahkan langsung oleh Rais Syuriyah kepada RMI, selain untuk mengawal hasil Muktamar ke-32 NU tahun 2010 dan Muktamar ke-33 NU tahun 2015 tentang kewenangan RMI untuk mengelola pesantren dan pendidikan keagamaan," ujar Ketua PWNU Jateng, KH Mohamad Muzamil.

 

Madrasah diniyah (madin) ini adalah ruh Nahdlatul Ulama. Sebelum dikenal sebagai madin, dahulu banyak yang menyebutnya dengan sebutan sekolah arab atau sekolah sore. Ada juga di beberapa daerah yang memang ini menjadi sekolah pagi seperti halnya pesantren. Ilmu agama serta penguatan ideologi Ahlussunnah wal Jamaah diajarkan dan berawal dari madin ini.

 

"Pemahaman sedari awal dimulai dari Madin. Agar ke depan masih banyak ahli-ahli kitab," terangnya.

 

Dalam menjalankan amanah tersebut, pastinya akan berbagai kendala yang nantinya ditemukan oleh RMINU yang mana kendala itu harus bisa diselesaikan sehingga amanah ini bisa berjalan dengan baik. Untuk itu, dalam pelaksanaannya akan berjalan melalui tahapan-tahapan yang pelan tapi pasti.

 

"Kami menawarkan konsep baru dalam pengelolaan madin, yaitu mengintegrasikan tiga arus utama dalam doktrinisasi pemahaman Ahlusunnah wal Jamaah dalam satu nafas, fikrah, amaliah, dan harakah," terang koordinator tim madin dari PW RMINU Jateng, KH Ahmad Fadhlullah Turmudzi.

 

Selain konsep baru ini, tim madin RMINU juga telah selesai merampungkan buku Pedoman Madin Nahdlatul Ulama. Buku ini berisi pedoman bagi para penyelenggara dan pengelola madrasah diniyah di bawah naungan NU terkait prosedur pendirian, penyelenggaraan, dan kurikulum.

 

"Dalam buku itu juga terdapat panduan mengenai tata kelola madin, baik dalam konteks kelembagaan, sumber daya manusia, administrasi, keuangan, dan jejaring sosial," jelasnya.

 

"Tak hanya itu saja, perlu juga untuk menyamakan pemahaman terhadap konsep penyelenggaraan madrasah diniyah NU serta, mengkoordinasikan dengan pengurus NU setempat dalam pelaksanaan pendidikan diniyah NU," imbuhnya.

 

Sementara itu, Ketua LP Ma'arif NU Jateng, H Andi R Sarkowi menyatkan, jika madrasah diniyah merupakan benteng kedua bagi keberadaan Islam Ahlussunnah wal Jamaah setelah pesantren. "Madin adalah benteng kedua setelah pesantren," bebernya.

 

"Di madin memang seperti halnya pesantren yang masih memegang teguh tradisi kutubut turast. Dalam pengalaman Ma'arif memang harus ada pengawalan ideologi Aswaja. Selain ada buku ke-NU-an, ada juga kurikulum lokal yang ditambahkan di sekolahan dan madrasah formal," pungkasnya.

 

 

Penulis: Mukhamad Zulfa

Editor: Ahmad Hanan​​


Regional Terbaru