Regional

Gus Yasin Tekankan Pentingnya Pencegahan Kekerasan terhadap Anak

Kamis, 15 Mei 2025 | 14:30 WIB

Gus Yasin Tekankan Pentingnya Pencegahan Kekerasan terhadap Anak

Pelatihan Keterampilan Hidup Remaja dalam rangka mewujudkan Pesantren Ramah Anak, di Gedung Sasana Widya Praja BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Rabu (14/5/2025).

Semarang, NU Online Jateng 

Wakil Gubernur Jawa Tengah, KH Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin, mengingatkan pentingnya upaya pencegahan kekerasan terhadap anak, khususnya di lingkungan pondok pesantren. Menurutnya, tren kekerasan terhadap anak bisa meningkat seiring dengan semakin terbukanya pelaporan. Namun, hal tersebut dapat ditekan apabila dilakukan edukasi dan penanganan secara tepat dan berkelanjutan.

 

 

“Kekerasan terhadap anak mungkin akan naik karena pelaporan kini lebih terbuka. Tapi jika kita fokus pada edukasi dan pencegahan, maka tren ini bisa ditekan. Pencegahan jauh lebih penting daripada sekadar penanganan,” tegas Gus Yasin saat membuka Pelatihan Keterampilan Hidup Remaja dalam rangka mewujudkan Pesantren Ramah Anak, di Gedung Sasana Widya Praja BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Rabu (14/5/2025).

 

 

Pada kesempatan tersebut, Gus Yasin mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini tengah mengkaji revisi Peraturan Daerah (Perda) tentang Pesantren. Revisi ini nantinya akan memuat klausul khusus terkait Pesantren Ramah Anak sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam melindungi hak-hak anak di lingkungan pendidikan keagamaan.

 

“Kami sedang upayakan adanya payung hukum yang bisa menjadi pedoman bagi pesantren dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Jangan sampai pesantren yang seharusnya jadi tempat menanamkan akhlak justru menjadi tempat munculnya persoalan kekerasan,” imbuhnya.

 

Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kanwil Kementerian Agama Jawa Tengah, Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah, UNICEF Indonesia, Lembaga Perlindungan Anak (LPA), dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Jawa Tengah.

 

Fokus utama pelatihan adalah memberikan keterampilan hidup dasar kepada remaja agar mereka mampu mengenali, mencegah, dan menghadapi berbagai tantangan sosial secara sehat dan positif.

 

Peserta pelatihan berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Blora, Rembang, Klaten, Wonosobo, Sragen, Semarang, Surakarta, Banjarnegara, Pati, Demak, dan Magelang. Mereka menyambut positif kegiatan ini dan berharap pelatihan serupa dapat direplikasi di pesantren-pesantren lainnya.

 

“Pondok pesantren termasuk salah satu lingkungan yang rawan terhadap kekerasan anak, termasuk kekerasan seksual dan perundungan. Maka penting bagi santri untuk mendapat edukasi agar tidak menjadi pelaku maupun korban,” ujar Gus Yasin.

 

Ia juga menyampaikan bahwa jumlah pesantren di Jawa Tengah cukup besar, yakni sebanyak 5.364 pesantren dengan jumlah santri mencapai sekitar 520 ribu jiwa. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang dalam memperluas jangkauan program Pesantren Ramah Anak.

 

“Kami mendorong agar pesantren yang belum terdaftar bisa mendapatkan pendampingan dari RMI NU dan Kementerian Agama. Sehingga ke depan bisa ikut serta dalam program ini,” jelasnya.

 

Menurutnya, peran pesantren sangat strategis dalam membentuk karakter bangsa. Namun jika tidak diiringi dengan pengawasan dan pendekatan edukatif, potensi penyimpangan bisa terjadi.

 

“Sekarang ini pendidikan akhlak terbaik digembor-gemborkan berasal dari pesantren. Tapi ketika muncul kasus kekerasan, ini harus jadi evaluasi bersama. Kita harus selektif dan memperketat pengawasan di lingkungan pesantren,” tandasnya.

 

Kontributor: Djati Sucipto