• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Regional

Gandeng UIN Walisongo, Lakpesdam Semarang Bahas Radikalisme

Gandeng UIN Walisongo, Lakpesdam Semarang Bahas Radikalisme
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Semrang, NU Online Jateng

Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Kota Semarang bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menggelar acara webinar moderasi beragama. 

 

Pembahasan utama yang diangkat adalah pengaruh media sosial dalam penyebaran paham radikalisme di era pandemi Covid-19 dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi zoom metting namun dapat mengundang banyak partisipan. 

 

Sekretaris PC Lakpesdam NU Kota Semarang Agus Khunaifi mengatakan, media sosial (medsos) kini sudah bergeser dari tujuan awalnya yaitu menjadi ruang publik untuk menyampaikan pendapat dan dialog antarkomunitas dan masyarakat atau masyarakat dengan pemerintah sehingga dapat menghadirkan situasi yang demokratis dan transparansi. 

 

"Namun yang terjadi terakhir ini malah sebaliknya media sosial menjadi ajak kepentingan ideologi, politik, ekonomi dan lain-lain," ujarnya Sabtu (6/11).

 

Menurutnya, medsos awal dikembangkanya itu bertujuan sebagai ruang orang banyak (publik), media masyarakat untuk memudahkan dialog komunikasi yg ada di masyarakat dan lainya. 

 

"Setelah berkembang, sekarang menjadi ruang berebut kepentingan atau perang kepentingan, berebut pengaruh lewat medsos,” ungkap pria lulusan UIN Walisongo ini.

 

Dijelaskan, medsos menjadi sangat kejam apabila digunakan untuk kepentingan dan klaim tanpa didasari dengan literasi yang mumpuni. Menurutnya hal ini menjadi PR bersama karena ruang media sosial karakternya tidak bersetandar sehingga menjadi sangat bebas dan tidak terbatas, semua orang tidak memandang dari pendidikan dan keahlian ia bisa berkata apa saja dan mau berekpresi sedemikian rupa. 

 

“Dalam perjalanannya, medsos ini harus difahami karakternya. Media atau instrumen yang sifatnya bebas tidak memandang dari backgroun pendidikan dan bidangnya, boleh menulis apapun tidak ada standar etika jurnalistik dan batasan. Semua orang boleh berpendapat dan menulis,” imbuhnya.

 

Menariknya dalam penyampaian materi dari Agus Khunaifi, ia menghubungkan antara medsos dan matinya kepakaran (Post Truth). Ia mengatakan bahwa semua orang yang berargumen melalui medsos belum tentu ahli di bidangnya. Bahkan banyak sekali kasus demikian membuat heboh dunia maya. Masyarakat menganggap medsos adalah rujukan dan konsumsi sehari-hari oleh karena itu sangat mudah untuk mempengaruhi masyarakat.

 

“Bukan berarti semua yg menulis di sana adalah orang hebat dan tulisannya harus dipercaya semuanya, harus difilter karena medsos itu konsumsi utama bagi masyarakat atau rujukan. Nah ini kalau dari awal sudah tidak beres ini sangat bahaya,” tambahnya.

 

Dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga anggota Gerakan Pemuda Ansor Sleman Muhammad Sinung menganggap gerakan radikalisme sudah ada sejak masa klasik tepatnya sejak kelompok fundamentalis Khawarij keluar dari barisan. 

"Namun dengan berjalanya waktu corak radikalisme menjadi berbeda-beda karena dikembangkan oleh kelompok yang bermacam-macam. Di Indonesia dapat digambarkan dengan dua sikap. Pertama kelompok yang paling merasa benar dan menggap yang lainya salah. Kedua ditandai dengan kelompok yang mempunyai upaya untuk mengubah cara pandang negara," terangnya.

 

Dalam konteks Indonesia lanjutnya, istilah radikalisme dapat dikaitkan dengan kelompok yang merasa benar sendiri dan kelompok yang memiliki upaya merubah dasar negara. Indonesia ini memiliki pegangan yang sama dan menjadi dasar negara yaitu Pancasila sebagai kalimatun sawa. 

 

"Dari sini kita merasa dalam negara damai bisa menjalankan agama dengan khusyu dan nyaman,” kata alumni UIN Surabaya itu.

 

Ia berharap media sosial yang sering digunakan untuk menjadi sarana dakwah yang positif. Menurutnya media sosial satu sisi memiliki potensi yang sangat baik untuk pengembangan keilmuan dan disisi lain sangat buruk apabila dikuasai oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab apalagi propaganda kelompok radikal.

 

Kontributor: Abdullah Faiz
Editor: M Ngisom Al-Barony

 


Regional Terbaru