Pesantren

Pesantren Darul Qur'an Surakarta: Islam dan Sains Beriringan

Kamis, 6 Maret 2025 | 09:00 WIB

Pesantren Darul Qur'an Surakarta: Islam dan Sains Beriringan

Pesantren Kids Pesantren Darul Qur’an Surakarta pada Senin-Rabu (3-5/03/2025)

Surakarta, NU Online Jateng

Setelah Pesantren Kids pertama di Al-Muayyad Windan, program serupa digelar oleh Pesantren Darul Qur’an Surakarta pada Senin-Rabu (3-5/03/2025) dengan jumlah peserta mencapai 51 anak. Berbeda dengan pendekatan seni di Al-Muayyad Windan, Pesantren Darul Qur’an mengusung konsep pendidikan berbasis sains dan teknologi serta keterampilan fisik.


Ketua Panitia, Uswantun Hasanah, menjelaskan bahwa kegiatan Pesantren Ramadhan Kids kali ini mencakup fun science technology, latihan memanah, setoran hafalan Juz Amma, pembelajaran tajwid, serta penerapan kedisiplinan dalam beribadah melalui salat tahajud dan salat duha. 


"Kami ingin mengajarkan bahwa Islam tidak hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup yang bermanfaat bagi masa depan anak-anak," katanya.


Ketua Yayasan Pesantren Darul Qur’an Surakarta, H Adib Aji Putra, mengapresiasi antusiasme peserta dan wali santri dalam program ini. 


"Kegiatan ini membuktikan bahwa pesantren dapat menghadirkan pendidikan yang komprehensif, tidak hanya dalam aspek ibadah tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kami berharap Pesantren Kids bisa menjadi program rutin yang semakin berkembang dan memberi manfaat bagi generasi muda Islam," ujarnya.


Pada puncak acara, KH Ahmad Muhammad Mustain Nasoha, Pengurus LPBH PWNU Jawa Tengah, menyampaikan tausiyah inspiratif. Ia mengajak para peserta untuk mencintai ilmu dan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah. 


"Belajar itu tidak hanya dari buku, tetapi juga dari pengalaman dan latihan. Setiap kali kita memanah, setiap kali kita mencoba memahami sains, itu adalah bagian dari ibadah jika diniatkan untuk mencari rida Allah. Nabi Muhammad sendiri menganjurkan kita untuk belajar memanah, berenang, dan berkuda sebagai keterampilan hidup," tutur KH Mustain.


Pesan ini sejalan dengan pandangan Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, yang menyatakan bahwa ilmu yang bermanfaat tidak terbatas pada kajian agama saja, tetapi juga ilmu yang mendukung kehidupan umat manusia. Al-Ghazali menegaskan bahwa menguasai keterampilan seperti kedokteran, matematika, hingga teknologi adalah bagian dari fardhu kifayah, kewajiban kolektif umat Islam agar tetap maju dan berdaya saing (Ihya’ Ulumuddin, Juz 1, hlm. 16).


KH Mustain juga mengutip hadis Rasulullah ﷺ:


اُرْمُوا وَارْكَبُوا، وَلَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا


"Memanahlah dan berkudalah, tetapi memanah lebih aku sukai daripada berkuda." (HR Muslim no. 1915).


Hadis ini menegaskan bahwa Islam tidak hanya mendorong umatnya memahami agama, tetapi juga menguasai keterampilan fisik dan teknis yang bermanfaat. Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam Zad al-Ma'ad menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ sangat menekankan pentingnya pembelajaran keterampilan sebagai bagian dari jihad dan kesiapan hidup seorang Muslim (Zad al-Ma'ad, Juz 3, hlm. 106).


KH Mustain pun mengajak peserta untuk tidak hanya fokus pada ilmu di dalam kelas, tetapi juga mengembangkan kecakapan hidup yang luas. "Jika ilmu adalah cahaya, maka latihan adalah jalannya. Tidak ada keberhasilan tanpa disiplin dan ketekunan. Setiap anak di sini punya potensi besar untuk menjadi penerang di masa depan. Bekali diri kalian dengan ilmu, keterampilan, dan adab yang baik," pesannya.


Salah satu peserta, Ananda Abdullah Muhammad Faqih, mengungkapkan kegembiraannya. 


"Kegiatannya sangat seru! Saya bisa belajar banyak hal baru, mulai dari pentas seni, salat tahajud dan duha rutin, hingga menghafal Al-Qur'an. Saya juga mendapatkan banyak teman baru dan lebih memahami pentingnya ibadah," ujarnya dengan antusias.


Program Pesantren Ramadhan Kids di dua pesantren ini mendapat respons positif dari masyarakat dan diharapkan dapat menjadi agenda tahunan. Keberhasilan kegiatan ini membuktikan bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan metode pendidikan modern tanpa meninggalkan esensi keislaman.


Masyarakat berharap semakin banyak pesantren yang mengadopsi model pembelajaran kreatif seperti ini agar nilai-nilai Islam dapat disampaikan dengan cara yang lebih relevan dan menarik bagi anak-anak.