Nasional

Fenomena Judi Online Pada Anak, Orang Tua Harus Batasi Penggunaan Ponsel

Kamis, 1 Agustus 2024 | 09:00 WIB

Fenomena Judi Online Pada Anak, Orang Tua Harus Batasi Penggunaan Ponsel

Ilustrasi anak tengah bermain ponsel. (Foto: NU Online/Freepik)

Semarang, NU Online Jateng

Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan bahwa ada sekitar 4 juta warga Tanah Air yang melakukan judi online. Mirisnya, 2 persen dengan jumlah sekitar 80 ribu di antaranya berasal dari kalangan anak usia di bawah 10 tahun.


Guru besar Antropologi Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Misbah Zulfa Elizabeth, menyebut perlu adanya kontrol orang tua dalam membatasi anaknya bermain gawai. Sebab, melalui perangkat tersebut, anak-anak bisa mengakses berbagai hal dengan sekali sentuh, bahkan sesuatu yang belum saatnya untuk mereka akses. 


"Sekarang, ketika gadget itu tanpa batas screen time orang tua kepada anak, itu dia jendela pada dunia virtual yang bebas," katanya kepada NU Online Jateng, Rabu (31/7/2024).


Menurut Elizabeth, sulit bagi orang tua untuk memberi tahu kepada anak apa saja yang boleh diakses. Sebab, anak-anak usia di bawah 10 tahun menganggap apa saja yang ada di dalam gawai adalah permainan virtual.


"Itu jendelanya dari situ. Akhirnya anak cari-cari, oh kayanya permainan, akhirnya dia terlibat," kata dia.


"Kita kan juga mendengar anak-anak terlibat dalam judol, dan kemudian dia menggadaikan apa apa yang dia nggak tahu bahwa itu memperangkap dia, ini sangat mengerikan. Saya melihat kerangkanya sangat luas," lanjutnya.


Pada dasarnya, judi online dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Namun pada kasus ini, menurut Elizabeth, anak-anak melakukannya seolah-olah sedang memainkan sebuah permainan dan bukan berjudi.


"Kalau usia di bawah 10 tahun saya rasa dia belum membayangkan ingin mencari uang, jadi seperti permainan. Tapi kan nggak bisa begitu, wong itu katanya harus ada imbalannya. Jadi misal 'yaudah saya ngasihkan tasnya, nanti sepatunya, sepedanya', katanya begitu. Nah itu kan anak-anak harus diberi tahu tentang itu," jelasnya.


Ketika melihat fenomena judi online pada anak, lanjut Elizabet, menurutnya hal ini sudah sangat darurat dan membutuhkan perhatian khusus. Sebab, anak-anak merupakan harapan bangsa di masa depan.


"Saya rasa kita harus mengatakan ini sudah emergency. Karena anak-anak ini merupakan harapan kita, dan dia merupakan human sustainability garansi, jaminan keberlangsungan manusia kita. Karena nggak mungkin ada lost generation kan nggak mungkin, mau nggak mau mereka akan masanya akan menjadi pimpinan," ujarnya.


Pada konteks ini, menurut Elizabeth peran keluarga menjadi sangat penting. Terlebih, pendidikan yang pertama kali didapatkan oleh anak berasal dari lingkungan keluarga.