Opini MAULID NABI

Nabi Berkunjung ke Rumah yang Gelar Maulid

Selasa, 27 Oktober 2020 | 08:00 WIB

Perayaan Maulid merupakan salah satu bentuk ekspresi keagamaan yang sangat fenomenal, terutama di bulan Rabiul Awwal, atau yang terkenal dengan sebutan Bulan Maulud, di bumi Nusantara ini. Masyarakat terutama warga Nahdliyin berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad SAW hadir dalam kegiatan ini yang diselenggarakan di masjid, mushala, rumah, ataupun tempat-tempat lainnya. 

 

Keyakinan warga sangat beralasan. Setidaknya landasan mereka mengacu pada keterangan dalam Kitab Fath as-Shamad: Syarh Maulid Syaraf al-Anam karya besar dari seorang ahli hadits asal Andalus Eropa, as-Syaikh al-Imam Syihab ad-Din Ahmad bin Ali bin Qasim al-Malikiy al-Bukhariy al-Andalusiy al-Mursiy al-Lakhmiy yang kemudian lebih dikenal dengan nama al-Haririy.

 

Tulisan singkat ini dikutip dari halaman 49 sd. 52 yang secara jelas sebagai berikut:

Syaikh 'Abdul Wahid bin Isma'il bercerita: Konon, di Mesir ada seorang pemuda yang menyelenggarakan perayaan hari lahir Nabi SAW (Maulid Nabi) pada setiap tahun; ia bersedekah dengan menyediakan jamuan berupa berbagai makanan dan minuman, mengumpulkan orang-orang dari keluarga dan tetangga agar turut memakan jamuan yang disediakan tersebut usai pembacaan riwayat Nabi   (maulid) tersebut.

 

Di sampingnya duduk sepasang suami-isteri Yahudi. Sang isteri merasa terheran-heran akan sikap seorang pemuda tersebut seraya bertanya kepada suaminya: “Mengapa tetangga kita yang beragama Islam ini membelanjakan harta yang sangat banyak di bulan ini?"

 

Suaminya menjawab: "Ia meyakini bahwa nabinya, Muhammad, dilahirkan pada bulan ini, tetangga kita ini mengadakan perayaan maulid seperti ini karena hendak menunjukkan rasa bahagia kepada nabinya, dan sebagai penghormatan atas nabinya dan hari kelahirannya".

 

Isterinya sejenak terdiam ketika mendengar penjelasan suaminya. Aneh tanpa terkirakan, kemudian pasangan suami-isteri Yahudi tersebut tertidur lelap. Dalam tidurnya sang isteri bermimpi seakan dia tidak tahu jika suaminya berada bersamanya, sedangkan suaminya dalam mimpi tahu bahwa isterinya ada di sampingnya. Keduanya bermimpi sama, yakni melihat seorang pemuda tampan, bagus fisiknya, mulia, dan agung budi pekertinya, berwibawa dan kharismatik.

 

Dilihatnya dalam mimpi bahwa pemuda tersebut masuk ke rumah tetangganya yang beragama Islam yang menyediakan jamuan makanan dan minuman untuk merayakan peringatan Maulid, pemuda itu dikelilingi teman-temannya. Mereka menjadikan pemuda tersebut sebagai guru besar dan pemimpin yang agung, dimuliakan, dan diagungkan.

 

Lalu sang isteri bertanya dalam mimpi kepada salah seorang teman pemuda itu: "Siapakah pemuda yang tampan wajahnya itu?" Ia menjawab: "Ia adalah Rasul Allah, Sayyiduna Muhammad. Beliau masuk ke dalam rumah ini untuk mengucapakan salam kepada penghuni rumah ini, dan mengunjungi penghuni rumah ini karena kegembiraannya pada dirinya".  

 

Wanita tersebut bertanya lagi: "Apakah pemuda tersebut berkenan berbicara kepadaku ketika aku mengajaknya bicara?" Seorang teman tersebut menjawab secara tegas dan lugas: "Iya".

 

Wanita tersebut pun menghampiri Nabi Muhammad SAW dan berkata: "Hai Muhammad". Nabi menjawab: "Labbaik (Baiklah, aku sambut panggilanmu)".

 

Wanita itu merasa heran seraya bertanya: "Mengapa engkau menjawab panggilan orang seperti saya dengan sambutan hangat (talbiyah)? aku bukanlah termasuk dari pengikut agamamu, bahkan aku adalah termasuk orang yang memusuhimu".  Nabi  menjawab:

 

والذي بعثني بالحقّ نبيّا ما أجبت نداءك إلا وقد علمت أن الله تعالى قد هداك

 

"Demi zat yang mengutusku dengan haq sebagai nabi, aku tidak akan menjawab panggilanmu kecuali aku telah mengetahui bahwa Allah telah memberi petunjuk (hidayah) kepadamu".

 

Kemudian wanita itu berkomentar: "Sungguh engkau adalah seorang nabi yang mulia, engkau pasti mempunyai perangai yang mulia (akhlak karimah), celaka orang yang menentang perintahmu, dan rugi orang yang tidak tahu akan kedudukan pangkatmu. Ulurkanlah tanganmu, saya akan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah Muhammad utusan Allah “.  

 

Lalu wanita itu terbangun dari tidurnya dan berjanji di dalam hati kecilnya bahwa apabila waktu pagi datang dia akan bersedekah dengan semua semua harta yang dia miliki dan akan membuat kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan mengumpulkan teman-teman untuk pembacaan riwayat Maulid Nabi serta menikmati hidangan sebagai ungkapan bahagia atas keislamannya dan bersyukur karena dapat melihat Nabi dalam mimpinya.

 

Tanpa diketahui, ternyata suaminya juga telah masuk Islam bersamanya di hadapan Nabi Muhammad SAW dalam mimpinya.

 

Pagi pun tiba, wanita tersebut segera mempersiapkan jamuan (walimah) untuk perayaan Maulid sebagaimana yang dia niatkan dalam hati. Suaminya pun dilihatnya telah menyiapkan jamuan dengan sangat bersemangat dalam cita-citanya yang mulia itu. Sang isteri terheran-heran karena merasa belum menceritakan tentang niatnya dan keislamannya tetapi diikuti oleh suaminya.

 

Sang isteri bertanya pada suaminya: "Ada apa denganku, aku melihatmu bersemangat dan bersungguh-sungguh dengan cita-cita yang mulia ini?"

 

Sang suami menjawab: "Ini semua untuk orang yang membuatmu masuk agama Islam tadi malam".

 

Sang isteri bertanya lagi: "Siapa yg memberi tahumu tentang rahasia niat dalam hatiku?". "Yang memberitahukan ini adalah orang yang telah mengislamkan aku setelah kamu di hadapannya".

 

Demikianlah sekilas keterangan tentang kehadiran Nabi dalam perayaan Maulid.  Semoga tulisan ini bisa menjadi motivasi bagi para pecinta Rasul dan pecinta Shalawat dalam melaksanakan perayaan maulid.  

Wallahu A’lam bis-shawab  

 

H Mahlail Syakur Sf. Ketua LTN PWNU Jawa Tengah, Dosen FAI Unwahas Semarang