• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Obituari

Kang Misbah, Santri Tangguh dari Batang

Kang Misbah, Santri Tangguh dari Batang
KH Misbakhul Huda (Foto: Istimewa)
KH Misbakhul Huda (Foto: Istimewa)

Batang, NU Online Jateng

Kabar wafatnya KH Misbakhul Huda Ahmad, Jumat (22/1), meninggalkan duka dan kenangan tersendiri bagi Direktur Pusat Studi Pesantren (PSP) IAIN Tulungagung, Jawa Timur, H Muhammad Muntahibun Nafis. Pasalnya, Kang Nafis, demikian ia biasa disapa, merupakan karib lamanya.

 

Saat menempuh pendidikan agama di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede, Yogyakarta, sepanjang tahun 1996-2001, keduanya tinggal dalam satu kamar, kamar A3. Kepada NU Online Jateng, Kang Nafis menceritakan sosok Kang Misbah dalam kenangannya.

 

Bagi Kang Nafis, Kang Misbah yang lahir 4 September 1978 itu merupakan gambaran santri tangguh dalam berbagai hal. Badan yang tinggi dan besar menambah kesan beliau sebagai santri yang berwibawa dan disegani. Namun demikian ia adalah sosok yang sangat humoris, murah senyum, dan sangat merendah.

 

“Bisa dikatakan, Kang Misbah adalah santri yang dikenal tidak hanya oleh senior dan pengurus, namun juga juniornya. Kedekatannya dengan semua santri menjadikannya disenangi banyak santri bahkan dalam banyak kegiatan,” ungkap pria yang menamatkan pendidikan sarjana di IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2001 itu.

 

Dermawan yang Hobi Olahraga

Kurang lebih selama lima tahun hidup di kamar yang sama, Kang Nafis mengenang Kang Misbah sebagai sosok yang dermawan. Diceritakan, ketika di kamar, pengalaman menarik yang berkesan di antaranya mengenai budaya dan adat santri. Santri tentu sering pulang atau disambang walinya. Setelah pulang ataupun dapat kiriman dari rumah, Kang Misbah pasti mendapatkan banyak bekal makanan ataupun oleh-oleh. Saat itu pasti beliau langsung bagi-bagikan dengan teman-teman satu kamar dan kamar lainnya.

 

"Kesukaan almarhum adalah sambal, dan dipastikan setiap kali ngliwet (menanak nasi, -red) maka di sana ada sambal. Tidak jarang saya yang diajak ngliwet, kemudian dimakan bersama beberapa teman lainnya. Ia juga suka mayoran dan sering yang mentraktir teman santri," katanya.

 

Di samping itu, Kang Misbah merupakan santri yang hobi berolahraga, terutama sepak bola. Klub sepak bola pondok saat itu beberapa kali menjuarai pertandingan sepak bola antarsantri dan beliau adalah salah satu pemain inti. Setiap Jumat pagi, selepas jamaah shalat Subuh, ia bermain sepak bola di lapangan Karang Kotagede.

 

"Walau malamnya ro'an atau kerja bakti pondok sampai dini hari, pasti almarhum sudah siap untuk main sepak bola di pagi harinya," kata lulusan magister di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.

 

Kuat Spiritualitas

Kang Misbah yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Kemiri, Subah, Batang itu termasuk santri yang kuat dari sisi spiritualitasnya. Hal itu dapat dilihat dari berbagai bukti, misalnya soal wiridan, amalan, kejadugan bahkan 'dunia kuburan' pun takkan tertinggal. Setiap kali ada ziarah ke makam ulama, wali ataupun tokoh, maka Kang Misbah hampir dipastikan selalu ikut dalam kegiatan tersebut. Berbagai ijazah juga tak tertinggal Ia dapatkan, wajar ketika di pondok dia dipercaya menjadi pengurus bidang keamanan.

 

"Beliau sangat aktif dan tertib ketika di madrasah diniyah ataupun mengaji kepada romo kiai. Hal inilah saya kira yang akhirnya membuat beliau dipercaya menjadi Ketua RMINU Kabupaten Batang," tuturnya.

 

Pengabdi yang Egaliter

Sementara itu, dari sisi pengabdian, Kang Misbah sudah tidak diragukan lagi dedikasi dan semangatnya. Keikhlasan dan "tidak banyak pertimbangan" diwujudkan dengan tindakan langsung dalam berbagai kegiatan. Pengabdian tersebut tidak hanya di pondok, namun juga bermasyarakat. Pondok hampir tiap malam melakukan kerja bakti pembangunan pondok. Bahkan Kang Misbah sangat cekatan misalnya merakit bendrat guna pengecoran dan masih banyak kompetensi lainnya.

 

“Kang Misbah adalah salah satu santri yang sangat giat untuk kerja bakti tanpa ada rasa canggung, malu, ataupun merasa bahwa beliau adalah putra seorang ulama yang memimpin sebuah pesantren. Bahkan dipanggil 'Gus' saja beliau kurang berkenan," ujarnya.

 

Tak kalah berkesan, lanjut alumni program Doktor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, Kang Misbah adalah pejuang sejati dan mujahid untuk Jamiyah Nahdlatul Ulama. Di antaranya dibuktikan dengan pengabdiannya menjadi anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Kota Yogyakarta. Postur tubuh yang gagah dengan seragam yang dikenakan menjadikannya sangat berkharisma. Berbagai kegiatan ke-NU-an diikuti tanpa mengindahkan biaya ataupun waktu dan tenaga.

 

 

Kontributor: Muhammad Fajar Sodik

Editor: Hasan Fauzy


Obituari Terbaru