• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Rais PWNU Jateng Sebut Dunia Tak Pernah Sepi dari Gejolak

Rais PWNU Jateng Sebut Dunia Tak Pernah Sepi dari Gejolak
Rais PWNU jateng KH Ubaidullah Shodaqoh (tengah) di acara halaqah fiqih peradaban di Pesantren Kauman Lasem, Rembang (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Rais PWNU jateng KH Ubaidullah Shodaqoh (tengah) di acara halaqah fiqih peradaban di Pesantren Kauman Lasem, Rembang (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Rembang, NU Online Jateng
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh menegaskan, pada masa Nabi Muhammad Saw terdapat Kerajaan Romawi dan Kerajaan Kisra di Persia. Romawi terbangun terdiri dari Romawi Timur dan Barat. Pada masa Bani Umayyah, Zaid bin Thoriq menaklukkan Spanyol. 


"Setelah 500 tahun kemudian Ratu Isabella menaklukkan Cordoba, sehingga runtuhlah Islam di sana. Jadi dunia ini tak pernah sepi dari gejolak," ujarnya.


Hal itu diungkapkan Kiai Ubaidullah Shodaqoh pada acara 'Halaqah Fiqih Peradaban' yang dihelat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tentang 'fiqih siyasah dan tatanan dunia baru' di Pesantren Kauman Lasem, Kabupaten Rembang pada Selasa (20/12/2022) lalu.


Disampaikan, sejak manusia mengenal tulisan, menurut Muhtar Kusuma Atmaja hanya 50 tahun manusia tidak berperang. Sementara itu di Nusantara, Islam dikenalkan oleh para mubaligh waktu itu dengan cara damai. "Sehingga Islam di negeri ini dapat berkembang baik," terangnya.


Pada bagian lain lanjutnya, dengan ditemukannya mesin uap pada masa renaisans oleh Albert Einstein kemudian dunia barat terlihat super power. 


"Untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dan tidak lagi terjadi peperangan maka diciptakan tata dunia baru, dengan didirikannya liga bangsa-bangsa, setelah itu lahirlah negara bangsa," ungkap Kiai Ubaid yang juga Pengasuh Pesantren Al-Itqon Bugen, Kota Semarang itu. 


Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU Gus Ulil Abshar Abdalla menjelaskan mengapa Gus Yahya ngotot menyelenggarakan acara halaqah fiqh peradaban, dan pertemuan pemuka agama secara internasional? "Gus Yahya ingin meneruskan perjuangan Gus Dur," jelasnya.


Mimpinya Gus Dur relatif sama dengan mimpinya Bung Karno. "Jika kita masih miskin maka jangan tunjukkan kemiskinan kita. Kita tunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar", tegasnya.


Menurutnya, sering NU diundang pertemuan internasional. "Sekaya-kayanya tamu adalah laksana tangan di bawah. Kalau menjadi tuan rumah laksana tangan di atas. Maka NU harus mampu mendatangkan dunia," ungkapnya.


Menurutnya, NU harus mampu merumuskan platform, guna menciptakan 'panggung' secara internasional. Menciptakan panggung tidak hanya sekadarnya dan yang paling penting adalah menciptakan gagasan. Dan gagasan kali ini yang dikedepankan adalah fiqih peradaban.


"Gus Yahya ini termasuk orang yang pandai memunculkan gagasan seperti fiqih peradaban ini. Yang penting kita memulai proses, sehingga terdapat reaksi. Semoga usaha Gus Yahya nanti berhasil," pungkasnya.


Pengirim: Insan Al-Huda


Nasional Terbaru