• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 14 Mei 2024

Nasional

Ketua GP Ansor Jateng Sebut Doktrinasi Radikalisme di Internet Sudah Mengkhawatirkan

Ketua GP Ansor Jateng Sebut Doktrinasi Radikalisme di Internet Sudah Mengkhawatirkan
Ketua PW GP Ansor Jateng H Sholahudin Aly (Dok. istimewa)
Ketua PW GP Ansor Jateng H Sholahudin Aly (Dok. istimewa)

Semarang, NU Online Jateng

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah H Sholahuddin Aly prihatin dengan adanya aksi serangan ke Mabes Polri yang dilakukan oleh seseorang yang terbilang masih muda. Menurutnya, aksi terorisme yang dilakukan oleh usia milenial membuktikan bahwa doktrin radikalisme tengah menjalar di usia anak muda.

 

"Aksi teror di Mabes Polri oleh pelaku yang usia milenial ini sudah mencapai level mengkhawatirkan," kata Gus Sholah, panggilan akrabnya, Kamis (1/4).

 

Gus Sholah meminta pihak terkait lebih memperkuat koordinasi dan kolaborasi untuk mencegah paham radikalisme. Selain itu, beredarnya tulisan wasiat yang disebut tulisan tangan pelaku penyerangan teror Mabes Polri, juga menyinggung mengenai permintaan ke keluarganya agar menonton tayangan kajian dakwah.

 

"Ini alarm keras bahwa doktrinasi paham radikalisme di internet memang sudah mengkhawatirkan," ujar Gus Sholah.

 

Ia menyebut, memang terdapat sejumlah akun media sosial di semua platform yang menyebarkan konten mengarah pada paham doktrin radikalisme. "Ini persoalan serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait," tegasnya.

 

Menurutnya, aparat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88 Mabes Polri, hingga personil TNI merupakan aktor penting dalam upaya pencegahan terorisme. Akan tetapi, persoalan penanggulangan terorisme di Indonesia tidak mungkin hanya bisa dilakukan oleh aparat semata. Perlunya menggandeng semua komponen masyarakat untuk memiliki tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.

 

"Elemen masyarakat di semua tingkatan merupakan garda terdepan untuk mencegah bibit tumbuhnya terorisme," ujarnya.

 

Ditegaskan, aksi teror di Gereja Katedral Makassar hingga serangan ke Mabes Polri merupakan muara dari proses indoktrinasi para pentolan teroris yang tersambung dengan para eksekutor di lapangan. "Di sinilah pentingnya masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyebaran nilai atau paham yang mengarah pada radikalisme dan terorisme,” katanya.

 

Kemudian lanjutnya, para penganut paham radikalisme ini rata-rata memaknai ajaran agama dengan tafsir kekerasan yang kaku dan intoleran.

 

“Perlunya mengedepankan prinsip wasathiyah, pentingnya menggencarkan gerakan moderasi beragama di masyarakat," pungkasnya.

 

Penulis: Ajie Najmuddin

Editor: Ahmad Hanan


Nasional Terbaru