• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 9 Mei 2024

Nasional

HARLAH NU

Harlah NU Tahun 2021, Ini Tiga Pesan Kiai Said di Era Pandemi Covid

Harlah NU Tahun 2021, Ini Tiga Pesan Kiai Said di Era Pandemi Covid
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj (Foto: NU Online)
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online Jateng
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan tiga pesan dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-95 NU yang jatuh pada hari ini, Ahad (31/1). Ketiga hal itu adalah soal kontekstualisasi ajaran kitab kuning, soliditas organisasi, dan menyukseskan vaksinasi Covid-19.  

 

“Pesan saya untuk menghadapi era ini, mari generasi muda NU mampu mengontekstualisasikan ajaran kitab kuning, ilmu-ilmu yang ada di kitab kuning. Ayo kita harus mampu mengontekstualisasikan,” ujar Kiai Said dalam acara Peringatan Harlah ke-95 NU yang diselenggarakan secara virtual, pada Sabtu (30/1) malam. 

 

Menurut Kiai Said, semua permasalahan dalam kehidupan, terutama yang berkaitan dengan prinsip syariat Islam sudah tersedia di dalam kitab kuning. “Tinggal kita harus mampu agar bagaimana, ajaran di kitab kuning itu muthabaqah li zaman wa munasabah lil waqi’ artinya kontekstual dan cocok dengan zaman sekarang,” lanjutnya. 

 

Oleh karena itu, ia mengajak santri di lingkungan NU untuk bangga menjadi bagian yang berasal dari pesantren. Di samping itu, harus bangga pula dengan kitab-kitab kuning yang dipelajari selama bertahun-tahun. 

 

“Kita bangga dengan kiai-kiai yang selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip Ahlussunnah wal Jamaah. Mulai dari kitab Safinatun Najah, Sullamul Munajat, Sullamuttaufiq, Fathul Qarib, Fathul Wahab, Mahalli, hinggga Iqna’,” terang Kiai Said. 

 

“Kita bangga dengan kitab Jawahirul Kalamiyah, Tijan Darori, Aqidatul Awwam, dan puncaknya Fathul Majid. Kita bangga mulai Bidayatul Hidayah, Adabuddin, Minhajul Abidin, dan sampai ke Ihya' Ulumiddin,” sambungnya. 

 

Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini juga menyatakan bahwa santri harus berbangga dengan prinsip-prinsip yang diwarisi dari para ulama Aswaja. Terutama dari kalangan madzhab fiqih Imam Syafi’i, madzhab teologi Imam Asy’ari, dan madzhab tasawuf Imam al-Ghazali. 
 

Soliditas organisasi Kiai Said kemudian berpesan dan menekankan kepada pengurus NU di seluruh tingkatan seluruh Indonesia, agar mampu meningkatkan soliditas organisasi. Tak hanya itu, pengurus NU juga diminta untuk meningkatkan ketaatan. 

 

“Ranting harus taat pada MWC, MWC harus taat pada cabang, cabang harus taat pada wilayah, dan wilayah harus taat pada PBNU. Itu kalau kita ingin menjadi organisasi yang sukses, maka harus disiplin dari tingkat PBNU sampai tingkat ranting, betul-betul punya komitmen, semangat ingin membangun soliditas agar betul-betul berwibawa,” pesannya. 

 

Ia berharap, NU tidak ditertawakan oleh orang luar karena berjalan sendiri-sendiri. Oleh karenanya, seluruh pengurus NU diminta untuk menunjukkan bahwa organisasi yang didirikan para ulama ini solid.  

 

“Kita tunjukkan kita solid, tidak ada pertengkaran. Beda pendapat biasa tapi pertengkaran dan perpecahan, tidak ada. NU satu, di bawah pimpinan PBNU, di bawah pimpinan KH Miftachul Akhyar. Semua harus solid, tidak boleh ada yang jalan sendiri tanpa ada komando dari pimpinan pusat. Itulah yang saya maksud soliditas kita harus ditingkatkan,” terang Kiai Said. 

 

Kontributor: Aru Elgete
Editor: M Ngisom Al-Barony


Nasional Terbaru