• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 9 Mei 2024

Nasional

Di Hadapan Gus Menteri, Kiai Said Kutip Statemen Gus Dur tentang Depag

Di Hadapan Gus Menteri, Kiai Said Kutip Statemen Gus Dur tentang Depag
Kiai Said (kiri) saat temui Menag Gus Yaqut di PBNU (Foto: Istimewa)
Kiai Said (kiri) saat temui Menag Gus Yaqut di PBNU (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online Jateng

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengutip ungkapan KH Aburrahman Wahid (Gus Dur) yang menyebut Departemen Agama (Depag) itu seperti pasar karena semua hal ada di sana. Segala sesuatu diurus, kecuali hanya satu yang tidak diurus yakni agama. 

 

“Ini kata Gus Dur, bukan kata saya. Tapi waktu zaman orde baru,” terang Kiai Said saat menerima kunjungan Menteri Agama (Menag) RI H Yaqut Cholil Qoumas ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Selasa (26/1) sore..

 

Lebih lanjut, ia menjelaskan soal perjalanan agama dari masa ke masa. Mulanya agama adalah ta’alim ilahiyah (ajaran ketuhanan), yakni nilai-nilai yang bersifat universal dan muqaddasah (sakral atau suci). Islam adalah samawiyah, agama yang bersumber dari wahyu Tuhan.

 

“Lama-lama menjadi akidah yaitu ideologi atau keyakinan. Kemudian turun lagi menjadi ummah (umat) atau community (kelompok). Setelah menjadi umat, lalu menjadi muassasah atau institusi seperti NU, Muhammadiyah, dan Persis. Setelah itu, agama berubah menjadi at-tijarah atau komoditas,” beber Ketum PBNU asal Cirebon ini. 

 

“Jadi agama yang semula samawiyah, ilahiyah, muqaddasah, lalu menjadi tijarah, ribhun aw khasarah. Menjadi transaksi untung rugi. Mudah-mudahan NU tidak seperti itu,” sambungnya. 

 

Kiai Said menilai, tugas Menag Yaqut sangat berat yakni mengembalikan agama sebagai ta’alim ammah (ajaran universal), ilahiyah (ketuhanan), dan muqaddasah (sakral). Ketika agama ini turun ke bumi, maka seharusnya menjadi amanah insaniyah (amanat kemanusiaan).

 

“Agama ketika turun ke bumi menjadi waqi’iyah-ijtihadiyah (bersifat profan, kreativitas manusia). Agama yang sakral itu menjadi mengilhami dan menginspirasi bagi ijtihadnya para kita semua,” jelas Kiai Said.

 

Oleh karena itu lanjutnya, di luar negeri tidak ada Departemen Agama. Karena yang ada adalah Kementerian Haji dan Wakaf. Sebab agama tidak layak untuk didepartemenkan karena menjadi kewajiban semua orang.

 

“Apa itu kewajiban semua orang. Mulai dari raja, presiden, sampai menteri-menterinya juga wajib mendakwahkan agama. Semua kementerian juga wajib memperjuangkan agama,” katanya.

 

Ungkapan Gus Dur yang diungkap ulang Kiai Said itu, ditanggapi santai oleh Menag Yaqut. Bahkan dengan guyon, ia mengatakan bahwa Kiai Said menyetujui ungkapan Gus Dur itu. “Karena mengulang kutipan itu berarti menyetujui,” kata Menag.

 

Ia mengaku, ungkapan Gus Dur yang menyatakan bahwa Kementerian Agama seperti pasar itu pun dikutip saat rapat perdana Menag Yaqut. Namun spiritnya tentu tidak untuk merendahkan, melainkan memberikan motivasi kepada seluruh jajaran Kemenag. 

 

“Itu saya jadikan sebagai motivasi untuk menjawab bahwa Kemenag bukan sebagaimana yang dulu (era orde baru) yang pernah dibaca Gus Dur. Kita harus mampu membuktikan bahwa Kemenag ini ada manfaatnya,” kata Yaqut. 

 

Manfaat pertama jelasnya, adalah soal pelayanan keagamaan. Sebab tidak mungkin Kemenag mengurusi agama yang dianut oleh masyarakat. “Tugas yang bisa dilakukan Kemenag hanya melayani para pemeluk agama. Bukan mengurusi agama masyarakat,” tegasnya.

 

Menag Yaqut kemudian menjelaskan tugas kedua yang diemban Kemenag, yakni mengurusi persoalan pendidikan. Menurutnya, apabila kedua hal itu dapat dilakukan dengan baik maka pekerjaanya sebagai Menag sudah tuntas. 

 

“Ini menjadi penekanan betul yang saya sampaikan sebagai Menag kepada seluruh jajaran (Kemenag),” pungkasnya.

 

Kontributor: Aru Elgete

Editor: M Ngisom Al-Barony


Nasional Terbaru