• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 14 Mei 2024

Nasional

Gus Yusuf Chudlori: Islam Agama Penuh Kedamaian

Gus Yusuf Chudlori: Islam Agama Penuh Kedamaian
Pengasuh Pesantren API Magelang, KH Yusuf Chudlori (Foto: NU Online Jateng/Erik)
Pengasuh Pesantren API Magelang, KH Yusuf Chudlori (Foto: NU Online Jateng/Erik)

Yogyakarta, NU Online Jateng
Pengasuh Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang KH Yusuf Chudlori meminta kepada para guru untuk menyampaikan kepada peserta didik bahwa agama Islam yang dianut ini adalah agama penuh kedamaian. 

 

"Islam itu agama yang ramah bukan agama yang mudah marah-marah. Para guru memerlukan bahasa yang lebih sederhana agar bisa diterima oleh peserta didik," ujarnya.

 

Hal itu disampaikan saat mengisi materi Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SMA/SMK, Sabtu (27/11) hasil kerja sama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (P3SN) dengan Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama RI di Hotel Favehotel Kusumanegara, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

 

Gus Yusuf meminta kepada para guru untuk menjelaskan kepada para peserta didik tentang hidup rukun dan damai dimanapun berada. Hal itu menjadi modal dasar agar terhindar dari gesekan yang menimbulkan permusuhan. 

 

“Islam itu agama penuh kedamaian. Kalo kamu berislam bukan berarti kamu harus bermusuhan. Islam itu agama yang ramah bukan agama marah-marah. Bahasa-bahasa sederhana seperti itu bisa lebih diterima oleh anak-anak,” ujar Gus Yusuf sapaan akrabnya.

 

Selain itu, peserta didik diminta untuk tidak mengikuti ajaran yang membawa kebencian terhadap sesama. Menurutnya, menjelaskan hidup damai agar terhindar dari kebencian secara sederhana di depan peserta didik lebih efektif dan mudah diterima. 

 

“Minimal satulah. Bagaimana kita hidup berdampingan dengan damai. Makanya anak-anak kita itu jangan ikut ajaran yang sering menghujat dan mencaci maki. Gitu aja, itu yang dihindari,” ujar Gus Yusuf.

 

Gus Yusuf menjelaskan, apabila ada orang mengatakan bahwa semua agama itu benar, itu baru koma. Maka harus dilanjutkan bahwa agama itu benar menurut pemeluknya masing-masing. Ia meminta untuk menjelaskan secara utuh agar tidak salah paham.

 

Nahnu ashabul haq bahwa kita ini pemegang kebenaran. Itu harus disampaikan kepada anak-anak. Paling benar menurut kita, tapi belum tentu menurut tetangga kita yang non muslim. Kita harus sampaikan,” ujarnya.

 

Gus Yusuf menjelaskan bahwa Islam itu agama yang paling benar. Itu yang harus diyakini bersama-sama. Tetapi peserta didik juga harus mampu menghargai ketika ada tetangga yang mempunyai keyakinan berbeda. 

 

“Ketika kita di dalam rumah atau di pesantren, kita harus militan bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Islam adalah hidup matiku. Sekali lagi itu harus, itu ketika kita di dalam rumah. Tetapi ketika kita sudah keluar rumah, nginjek trotoar di luar rumah, Indonesia ini. Kita harus ingat bahwa tetangga kita ada yang Nasrani, ada yang budha, ada yang Hindu dan lainnya,” terangnya.
 
Jadi menurutnya, militan dan fanatik itu ke dalam. Tetapi ketika keluar harus nasionalis. Karena hidup di Indonesia harus memahami bahwa di luar sana banyak keberagaman, baik itu agama, bahasa, budaya dan lainnya. Menurutnya, harus mengetahui mana yang ke dalam dan mana yang keluar.

 

“Kita ini seratus persen muslim, seratus persen NKRI. Jangan separo-paro (setengah-setengah). Ini memang harus seiring dengan pemahaman agama dan pemahaman akidah. Kalau kita hanya ngomong toleransi nanti bocah ora ngerti (anaknya tidak tau) aqaid, ora (tidak) ngaji tauhid yo (ya) ambyar toleransinya. Jadi tolong anak-anak juga dididik ngaji aqaid biar ngerti. Biar ngerti sifat-sifatnya Allah. Lah ini yang harus di pahami bareng-bareng,” tandasnya.
 

Pengirim: Erik Alga Lesmana
Editor: M Ngisom Al-Barony
 


Editor:

Nasional Terbaru