• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 27 April 2024

Keislaman

Menelaah Riwayat Kecintaan Sahabat Rasulullah Terhadap Ahlul Bait

Menelaah Riwayat Kecintaan Sahabat Rasulullah Terhadap Ahlul Bait
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Dalam perjalanan dakwah, Rasulullah ﷺ tidak saja berhasil menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor dalam satu hati, langkah, dan pandangan dengan penuh cinta. Persaudaraan antara dua kelompok ini tertulis dalam tinta sejarah sebagai bentuk ideal kesatuan masyarakat yang berperadaban.

 

Di sisi lain, Rasulullah ﷺ juga menebar ajaran cinta dan kasih sayang sehingga dengan perjuangan dakwah ini, Rasulullah ﷺ tidak berharap apapun selain kecintaan dan kasih sayang kepada keluarga dan keturunannya. Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala:

 

قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ

 

Artinya: "Katakanlah: 'Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan'." (QS Asy-Syura: 23)

 

Al-Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya menukil pendapat sahabat Abdullah bin Abbas terkait ayat tersebut. Dalam pandangannya makna dari illal mawaddata fil qurba adalah menjaga kerabat Rasulullah ﷺ, menyayangi, dan menyambungnya. (Ma'alim Al-Tanzil, [Darul Ma'rifah Beirut] hlm: 4/124)

 

Bahkan secara tegas Rasulullah pernah berwasiat:

 

وَأَهْلُ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي

 

Artinya: "Dan ahli baitku (keluargaku). Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku (beliau mengucapkan sebanyak tiga kali)." (HR Muslim: 2408)

 

Dalam beberapa kesempatan dan waktu Rasulullah juga mewanti-wanti hal ini. Ini menunjukkan bahwa betapa pesan, wasiat Rasulullah menjadi suatu hal yang menancap di dada para sahabat, sehingga Abu Bakar As-Shiddiq dengan segala kelebihannya di hadapan Nabi ﷺ, saat berhadapan dalam suatu masalah tetap mengedepankan kepentingan keluarga Nabi ﷺ.

 

فَتَشَهَّدَ عَلِيٌّ فَقَالَ إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا فَضْلَكَ وَمَا أَعْطَاكَ اللَّهُ وَلَمْ نَنْفَسْ عَلَيْكَ خَيْرًا سَاقَهُ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَكِنَّكَ اسْتَبْدَدْتَ عَلَيْنَا بِالْأَمْرِ وَكُنَّا نَرَى لِقَرَابَتِنَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَصِيبًا حَتَّى فَاضَتْ عَيْنَا أَبِي بَكْرٍ فَلَمَّا تَكَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَرَابَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِي وَأَمَّا الَّذِي شَجَرَ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ مِنْ هَذِهِ الْأَمْوَالِ فَلَمْ آلُ فِيهَا عَنْ الْخَيْرِ وَلَمْ أَتْرُكْ أَمْرًا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُهُ فِيهَا إِلَّا صَنَعْتُهُ

 

Artinya: "Ali karramallahu wajhah berkata: 'Kami tahu keutamaanmu dan apa yang telah Allah kurniakan kepadamu, kami bukan berarti dengki terhadap kebaikan yang telah Allah berikan padamu, namun rupanya engkau hanya menggunakan logikamu sendiri memperlakukan kami, kami punya pendapat, selayaknya kami peroleh bagian karena kedekatan kekerabatan kami dari Rasulullah ﷺ, hingga kedua mata Abu Bakar menangis. Ketika Abu Bakar bicara, Abu Bakar sampaikan; 'Kekerabatan Rasulullah lebih saya cintai daripada aku menyambung kekerabatanku, adapun percekcokan antara aku dan kalian dari harta ini, saya tidak pernah mengingkari kebaikan, tidaklah kutinggalkan sebuah perkara yang kulihat Rasulullah ﷺ melakukannya." (HR Bukhari: 3411, 3712)

 

Pada kesempatan yang lain juga Abu Bakar sedemikian mencintai, mengagungkan, dan memuliakan Hasan dan Husain dan sesekali bersenda gurau, sebagaimana yang diriwayatkan dalam satu hadits:

 

قَالَ أَبُو بَكْرٍ: ارْقُبُوا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ

 

Artinya: "Jagalah Muhammad ﷺ terhadap ahli baitnya." (HR Bukhari: 3713)

 

Maksudnya adalah menjaga beliau dengan tidak mencela dan menyakiti ahli bait.

 

 قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَحَمَلَ الْحَسَنَ وَهُوَ يَقُولُ: بِأَبِي شَبِيهٌ بِالنَّبِي لَيْسَ شَبِيهٌ بِعَلِي وَعَلِيٌّ يَضْحَكُ

 

Artinya: "Saya melihat Abu Bakar sedang membopong Hasan, dan berkata: ‘Demi bapakku, (dia) Hasan mirip Nabi, dan tidak (ada) kemiripan dengan Ali, dan Ali tertawa." (HR Muslim: 3750)

 

Kecintaan yang didasari oleh sikap memuliakan akan melahirkan karakter yang mandarah daging sehingga terucap dalam pesan beliau.

 

Tidak jauh dari Abu Bakar, Sahabat Umar bin Khattab juga sedemikian dalam mencintai, mengagungkan, dan memuliakan Ahlul Bait.

 

Seperti dalam satu riwayat yang menyatakan bahwa Umar bin Khattab pernah ditanya: "Kenapa engkau perlakukan Ali bin Abu Thalib sedemikan berlebih, tidak seperti sahabat Nabi yang lain, ya amirul mukminin?' Apa jawab Umar saat itu? 'Dia tuanku!' jawab Umar bin Khattab singkat." (Faidhul Khabir 7: 218)

 

Bahkan sebagaimana ditulis dalam sejarah bahwa zaman kekhalifahan Umar bin Khattab inilah mulai tersusun sistem pemerintahan yang maju dengan adanya departemen keuangan atau dewan yang salah satu tugasnya mencatat warga masyarakat muslim dan di waktu tertentu secara berkala negara memberi bantuan material atau tunjangan kepada rakyat, yang pertama tercatat sebagai penerima tunjangan negara saat itu adalah keluarga Nabi ﷺ, bahkan untuk Sayyidina Hasan dan Husain nilai tunjangan negara setara dengan nilai Ayah mereka senilai lima ribu dirham setiap tahunnya. (Siyar A'lam an-Nubala' 3: 259)

 

Begitulah bentuk kepedulian sebagai wujud penghormatan dan kecintaan dari Umar bin Khattab kepada keluarga Nabi ﷺ.

 

Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari menyebutkan bahwa mencintai ahli bait, keluarga, dan keturunan Nabi ﷺ termasuk dari tanda cinta kepada Nabi ﷺ.

 

وَمِنْهَا مَحَبَّتُهُ لِمَنْ اَحَبَّ النَّبِي صلى الله عليه وآله وسلم وَمَنْ هُوَ بِنَسَبِهِ اَوْ نَسَبَتِهِ من اَهْلِ بَيْتِهِ ...

 

Artinya: "Dan sebagian dari tanda-tanda cinta kepada Nabi ﷺ adalah cintanya seseorang kepada orang yang dicintai Nabi ﷺ dan orang yang dalam nasab Nabi ﷺ atau nasab keturunan Nabi ﷺ." (Muhammad Hasyim Asy'ari, Nurul Mubin fi Mahabbah Sayyidil Mursalin [Maktabah Turots al-Islamy] hlm: 17)

 

Jadi kecintaan kepada ahli bait Nabi ﷺ adalah bagian dari ajaran dan pesan kenabian yang menjadi pilar umat ini untuk saling berkasih sayang dan mengokohkan ukhuwah islamiyah.

 

Abdul Aziz Idris, Wakil Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kab. Magelang


Keislaman Terbaru