Keislaman

Kemuliaan Memuliakan Tamu dan Pentingnya Mengaji

Rabu, 28 Mei 2025 | 13:00 WIB

Kemuliaan Memuliakan Tamu dan Pentingnya Mengaji

Ilustrasi Memuliakan Tamu

Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai akhlak dan ilmu pengetahuan menjadi dua hal penting yang harus dijaga oleh setiap Muslim. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits:


 مَنْ أَكْرَمَ الضَّيْفَ فَقَدْ أَكْرَمَنِي، وَمَنْ أَكْرَمَنِي فَقَدْ أَكْرَمَ اللهَ، وَمَنْ أَبْغَضَ الضَّيْفَ فَقَدْ أَبْغَضَنِي، وَمَنْ أَبْغَضَنِي فَقَدْ أَبغَضَ اللهَ


 "Barang siapa memuliakan tamu, maka sungguh dia telah memuliakanku. Dan barang siapa memuliakanku, maka sungguh dia telah memuliakan Allah. Dan barang siapa membenci tamu, maka sungguh dia telah membenciku. Dan barang siapa membenciku, maka sungguh dia telah membenci Allah."


Hadis ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan tamu dalam Islam. Namun, betapa seringnya kita mengabaikan tamu yang datang, terlebih jika kita sudah mengenalnya dan mengetahui sifat-sifatnya. Terkadang, hanya karena seseorang sering datang bertamu, kehadirannya dianggap mengganggu, bahkan membuat tuan rumah gelisah. Padahal, Rasulullah telah mengajarkan bahwa memuliakan tamu adalah bentuk memuliakan Allah.


Contoh teladan bisa kita ambil dari KH Ahmad Abdul Haq Watucongol, yang rela menunggu seorang anak kecil yang datang dari jarak yang jauh dari beliau hanya demi ingin bersalaman dengan beliau. Mengapa bersalaman dengan anak kecil begitu dihargai? Anak kecil belum memiliki dosa, ketika anak kecil bersalaman dengan kita maka bersihnya anak kecil itu bisa menjadi wasilah membersihkan dosa kita


Semua pelajaran mulia ini tidak akan kita pahami jika tidak mau mengaji. Maka dari itu, mengaji menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam.


Rasulullah SAW bersabda:

 أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ ثَلَاثَةٌ: طَلَبُ الْعِلْمِ، وَالْجِهَادُ، وَالْكَسَبُ مِنَ الْحَلَالِ


"Amal paling utama di atas muka bumi ada tiga: mencari ilmu (mengaji), berjihad, dan mencari nafkah dari yang halal.”


Orang-orang yang melaksanakan tiga amal tersebut memiliki sebuah gelar:

  •  طَلَبُ الْعِلْمِ حَبِيْبُ الله
    Orang yang menuntut ilmu (mengaji) adalah kekasih Allah

  •  وَالْجِهَادُ وَلِيُّ الله:
    Orang yang berjihad adalah wali Allah
  • وَالْكَسِبُ مِنَ الْحَلَالِ كَرِيمُ الله
    Orang yang mencari rezeki halal adalah orang mulia di sisi Allah


Imam Syafi’i berkata:

 لَوْلَا العَالِمُ يُعَلِّمُ العِلْمَ فَلَيْسَ ِلِلهِ وَلِيٌّ

"Sekiranya tidak ada orang alim yang mengajarkan ilmu, maka Allah tidak memiliki wali."


Maka penting bagi kita untuk menghargai para ulama dan guru-guru agama yang terus menyebarkan ilmu. Bahkan dalam ziarah ke makam para wali, terdapat adab dan do'a yang dianjurkan, seperti do'a dari KH Mahrus Ali Lirboyo:


 يَا صَاحِبَ هَذِهِ الْمَقْبَرَةِ الشَّيْخُ .... إِنِّي أَتَوَسَّلُ بِكَ إِلَى اللهِ تَعَالَى فِي قَضَاءِ حَاجَتِي...... (sebut hajat)


Do'a ini menjadi wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui keberkahan para wali Allah, tentu dengan keyakinan bahwa segala sesuatu tetap hanya bergantung pada kehendak-Nya.


Salah satu syi’ir indah dari KH Yasin Yusuf Blitar juga mengingatkan kita bahwa bekal terbaik saat mati bukanlah harta dunia

Sangu mati dudu emas rojo brono
Dudu sawah pekarangan ingkang ombo​​​​​​​
Iman Islam Ihsan Istiqomah
Nyuwun pungkasan khusnul khotimah
​​​​​​​

Sebagai penutup, ada amalan dari Nabi Musa AS yang diajarkan oleh KH Yasin Yusuf Blitar, berupa do’a kelancaran berbicara yang dapat dibaca setiap setelah shalat fardhu sebanyak tiga kali


 رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي


Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mencintai tamu, gemar mengaji, dan mencari rezeki halal, sehingga mendapat gelar mulia dari Allah SWT.