• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Fragmen

Masjid Tegalsari Dibangun Bersamaan Momen Sumpah Pemuda

Masjid Tegalsari Dibangun Bersamaan Momen Sumpah Pemuda
Masjid Tegalsari, Laweyan, Kota Solo (Foto: NU Online Jateng/Ajie Najmuddin)
Masjid Tegalsari, Laweyan, Kota Solo (Foto: NU Online Jateng/Ajie Najmuddin)

 

Tanggal 28 Oktober 1928, menjadi  salah satu momen yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal itu, dicetuskan 'Sumpah Pemuda' yang menjadi tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

 

Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Rupanya, pada tanggal yang sama di Kota Solo, tepatnya di daerah Kampung Tegalsari, Bumi, Laweyan, dibangun sebuah masjid swasta (bukan dari keraton, red) yang pertama.

 

Masyarakat di sana biasa menyebutnya dengan Masjid Tegalsari. Tanggal pembangunan masjid pada tanggal 28 Oktober 1928 dibuktikan pada prasasti yang terletak di tembok sebelah barat masjid. Terdpat dua prasasti yang ditulis dengan aksara jawa serta prasasti satunya ditulis dengan aksara latin. Kedua prasasti tersebut menerangkan tahun pemasangan tiang utama, berikut sejumlah nama pendiri. 

 

Sesepuh Masjid Tegalsari H Ahmaduhidjan menerangkan, tiang utama masjid dipasang pada hari Ahad tanggal 13 Jumadil Awal 1347 H atau 28 Oktober 1928 M.

 

“Para pendiri antara lain KH Ahmad Shofawi, H Umar, KH Asy’ari, KH Muh Adnan, dan lain sebagainya,” terangnya.

 

Masjid Tegalsari ini dibangun pada tahun 1928 dan diresmikan pada tahun 1929. Hingga saat ini, selama 89 tahun berdirinya Masjid Tegalsari, bangunan masjid masih berdiri kokoh dan tidak banyak yang berubah bahkan hampir sama sejak pertama kali masjid ini berdiri.

 

 

Bedug Masjid Tegalsari

Selain memiliki tanggal pendirian yang unik, di Masjid Tegalsari juga terdapat sebuah bedug besar. Selain besarnya, bentuknya pun terbagus. Ini dapat dilihat dari bentuknya yang membesar di tengah dan bagian kanan dan kirinya yang dipasangi kulit sapi memiliki diameter yang sama atau simetris. Ini berarti kayu yang digunakan untuk membuatnya sangat besar, lebih besar dari dari bedug yang telah jadi.

 

Bagian yang dipasangi kulit sapi memiliki diameter yang tidak sama. Hal ini berarti bahwa bedug itu tidak dibentuk, hanya mengandalkan bentuk asli kayu pohon. Tentang kayu bedug di Masjid Tegalsari ini, ada 2 berita yang berkembang. Pertama dari KH Naharussurur (alm) yang mengatakan bahwa bedug dibuat dari kayu nangka. Dan orang yang mengerjakan bedug ini adalah Pak Joyo, salah satu tukang dari KH Asy’ari. 

 

Sedangkan berita kedua, mengatakan kalau bedug ini terbuat dari kayu jati. Bedug masjid Tegalsari dibuat dari satu kayu utuh yang sangat besar. Memang ada bedug lain yang lebih besar tetapi kayunya sambungan. Bedug ini tidak memiliki nama sebagaimana umumnya bedug masjid keraton. Bedug ini memiliki ukuran panjang 170 cm, diameter tengah 148 cm dan diameter kanan dan kiri 127 cm.

 

Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: M Ngisom Al-Barony


Fragmen Terbaru