Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra

Regional

PWNU Jateng: Para Ulama Pewaris Nabi Tidak Berbeda Satu Sama Lainnya

Kegi atan dzikrul ghafilin di Masjid Raudhatul Muttaqin Rowosari, Tuntang, Kabupaten Semarang (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng HM Muzamil mengatakan, tidak ada perbedaan antara nabi yang satu dengan nabi yang lainnya. Begitu juga ulama sebagai pewaris para Nabi juga tidak berbeda satu sama lainnya. Mereka mewarisi ilmu, ibadah, dan akhlaq para nabi. Mereka memiliki kasih sayang yang besar kepada umatnya.


"Kita sebagai umat atau jamaahnya hendaknya tidak membeda-bedakan para ulama. Wajib bagi kita menghormatinya sesuai kemampuan. Perbedaan di antara kita tentang tingkat ketaqwaan, dan ini hak prerogatif Allah SWT," ujarnya di acara acara 'Molekatan Gus Miek' di Masjid Raudhatul Muttaqin Rowosari, Tuntang, Kabupaten Semarang, Sabtu (17/6/2023) malam. 


Menurutnya, pokok-pokok ajaran agama atau ushuluddin, para nabi memiki kesamaan dalam tauhid, ibadah, dan akhlakul karimah. Karena itu para ulama sebagai pewaris para nabi juga tidak ada perbedaan secara prinsipil. 


"Perbedaan tingkatan di antara para ulama memang ada, namun ini menyangkut tentang tingkat ketaqwaan kepada Allah SWT, dan hanya Allah SWT Yang Maha Tahu," ucapnya.


Baca Juga:
Tradisi Semaan Al-Qur'an di Masjid Agung Semarang Kembali Dilakukan


Disampaikan, semakin tinggi tingkat ketaqwaannya juga semakin tinggi ujiannya. "Ya kita semua berprasangka baik saja bahwa Allah memberikan ilmu, hikmah, dan kebaikan-kebaikan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya," terangnya.


Muzamil berharap, sebagai santri atau jamaah wajib mengikuti para ulama sebagai pemimpin umat. "Jika kita belum bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT maka wajib bagi kita mendekati para ulama atau orang-orang yang shaleh," ungkapnya. 


Ditambahkan, yang sulit bagi orang awam adalah menerima nasehat dan ilmu para alim ulama. "Karena kita sebagai orang awam masih memiliki nafsu yang masih berbeda arah dengan nasehat dan suri tauladan para ulama. Ya kita fokus saja pada perbaikan nafsu ini agar searah dengan arahan dari ulama," pesannya.


Salah satu alumni Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri KH Mukarom menambahkan, majelis semaan dzikru ghafilin moloekatan Gus Miek diselenggarakan rutin setiap Sabtu Wage. "Tempatnya secara bergiliran sesuai kesepakatan. Biasanya diumumkan oleh panitia sebelum acara berakhir," ucapnya. 


Acara Semaan Al-Qur'an dimulai setelah shalat subuh, kemudian dilanjutkan dzikru ghafilin yang dipimpin pengasuh Gus Thuba cucu Gus Miek yang dihadiri ribuan jamaah dari berbagai daerah.


Pengirim: Insan Al-Huda
 

Editor: M Ngisom Al-Barony

Artikel Terkait