Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra

Regional

Amal Bakti Santri Durrotu Aswaja Gunungpati Rambah Gajah Mungkur Semarang

Kegiatan Amal Baksi Santri Durrotu Aswaja Banaran, Gunungpati, Kota Semarang (Foto: Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Kepercayaan masyarakat terhadap santri meningkat, salah satunya kepada Pesantren Durrotu Ahlissunnah Wal-Jamaah atau Durrotu Aswaja Banaran, Gunungpati, Kota Semarang. 


Hal ini terbukti dengan Amal Bakti Santri (Abas) Durrotu Aswaja Angkatan V yang merambah Kecamatan Gajah Mungkur tepatnya di Masjid At-Taubah, Dukuh Selorejo, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur.. 


"Alhamdulillah, Abas pada tahun ini tidak hanya di seputaran Gunungpati, tapi juga merambah ke daerah lain yakni di Kecamatan Gajah Mungkur," kata Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja Kiai Agus Ramadhan kepada NU Online Jateng, Jumat (8/7/2022).


Baca Juga:
Syarat Boyong dari Durrotu Aswaja Harus Sudah PKPNU, Diklat Yanbu'a, dan Amal Bakti Santri


Adanya lokasi baru tersebut lanjutnya, hasil penawaran kepada para takmir atau pengelola masjid yang masih relasi dalam Nahdlatul Ulama (NU) yang butuh bantuan tenaga dai. Sedangkan lokasi lama tetap menginginkan santri Durrotu Aswaja kembali melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ala santri di desa tersebut.


"Semua tempat saya sendiri yang menentukan, tentunya dimulai dengan survei dan bertanya kepada masyarakat sekitar dan teman ustadz dan kiai yang tahu kondisi sosio-kultural serta agama di daerah tersebut," ungkapnya.


Kepada para santri, Kiai Agus berpesan untuk membenahi para anak didik dalam Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dalam mengaji dan memahami agama yang sesuai dengan ajaran aswaja.


"Insyaallah orangtuanya juga mempunyai semangat mengaji lagi, sejalan dengan tema Abas 'Santri Mengabdi, Membangun Generasi'," urainya.


Ketua Abas Izkinal Athar menjelaskan, selain harus mengajar anak untuk mengaji dan mendidik dengan akhlak yang terpuji, para santri juga bertugas membenahi kebiasaan yang sebelumnya tidak sesuai amalan aswaja.


"Ada banyak praktik keberagamaan yang perlu dibenahi dan juga dilestarikan kembali di masyarakat," ujarnya. 


Untuk itu sambungnya, para santri yang menjadi peserta Abas diambil dari yang sudah masuk program nihai (akhir) dan semester akhir di kampus. "Insyaallah yang terjun untuk mengabdi di masyarakat memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan amanat yai," ucapnya.


Lebih jauh dikatakan, ada ketentuan minimal dalam mengikuti program tersebut, yakni santri calon peserta yang umumnya mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut harus mengikuti serangkaian test.


"Sebelum penerjunan santri dituntut menguasai baca kitab, wirid, tahlil, dan hafalan Qur'an untuk bekal menjadi imam dan berdakwah," pungkasnya.


Adapun daerah yang tahun ini menjadi tempat program Abas antara lain Mushala Al-Amanah Kradenan Lama Kelurahan Bendan Duwur, Masjid At-Taubah Selorejo, Kelurahan Bendan Duwur, Masjid Al-Hidayah Kradenan Baru, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajah Mungkur.


Kemudian Masjid Darul Muttaqin Desa Persen Bawah, Mushala Nur Fattah Trangkil, Masjid At-Tin Citra Gading, Mushala Al-Asy'ariyah Setono, Mushala Baitur Rahman Kalisegoro, dan di Desa Sekaran Gunungpati.


Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat 

Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony

Artikel Terkait