• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Kiai Ahmad Buchori Masruri, Pegiat NU dan Dai yang Banyak Nulis Lagu

Kiai Ahmad Buchori Masruri, Pegiat NU dan Dai yang Banyak Nulis Lagu
KH Ahmad Buchori Masruri (Foto: jateng.tribunnews.com)
KH Ahmad Buchori Masruri (Foto: jateng.tribunnews.com)

Pengantar Redaksi

Tanggal 17 Mei 2021 merupakan tahun ketiga kepergian kiai yang pernah menjadi Ketua PWNU Jateng, mubaligh andal, dan pengarang lagu-lagu kasidah. Untuk mengenang jasa beliau, NU Online Jateng menurunkan tulisan tentang kiprah beliau dikutip dari beberapa sumber. Selamat membaca.



KH Bukhori Masruri lahir di Purwodadi, Kabupaten Grobogan pada 13 Mei 1942 dan wafat di Semarang, 17 Mei 2018 pada usia 76 tahun adalah seorang tokoh Islam Indonesia dan seniman pencipta lagu-lagu terbaik yang dibawakan grup kasidah Nasida Ria. Beberapa lagu karyanya yang fenomenal berjudul Perdamaian, Damailah Palestina, dan Tahun 2000. KH Bukhori Masruri tidak menggunakan nama aslinya sebagai penciptanya, melainkan menggunakan nama Abu Ali Haedar. Mantan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah ini tutup usia pada Kamis, 17 Mei 2018 akibat penyakit jantung yang cukup lama diderita.


Selain Perdamaian, Kiai Bukhori juga sudah menciptakan masih banyak lagu religi lain yang menjadi salah satu ekspresinya dalam berdakwah. Sebagian besar lagu-lagu itu dibawakan dan dipopulerkan oleh grup qasidah, Nasida Ria.


Bakat menulis lagu-lagu kasidah juga diikuti oleh adiknya bernama KH Ahmad Niam Syukri Masruri yang dikenal dengan nama A Niam Masat. Karya-karyanya banyak dibawakan grup Nasida Ria dan Nida Ria Semarang. Sedang kakaknya KH Ghozalie Masruri lebih memilih berkiprah di NU dengan keahliannya di bidang falak. Bahkan hingga akhir hayatnya, Kiai Ghozali masih menjabat sebagai Ketua Lembaga Falakiyah PBNU.


Dahulu, sang kiai sempat memakai nama pena sebagai Abu Ali Haidar saat menciptakan tembang-tembang ikonik tersebut. Selain Perdamaian ada judul-judul lain seperti Dunia dalam Berita, Damailah Palestina, Tahun 2000 dan Lingkungan Hidup. Perdamaian pernah menyabet Platinum Award, sementara Dunia dalam Berita pernah dipakai sebagai soundtrack dalam sebuah bahasa asing.


Selain Alim dalam bidang ilmu Agama, KH Bukhori Masruri juga sangat lihai dalam menciptakan lagu-lagu qasidah/religi. Bersama almarhum H Muhammad Zein seorang kiai dalam bidang Qiro’ah Al-Qur’an membesarkan group musik 'Qasidah Nasida Ria' hingga mampu dikenal seantero negeri bahkan sempat beberapa kali diundang tampil dan konser di Eropa. Lokasi perintisan group musik qosidah waktu itu berpusat di Masjid Kauman Semarang. 


Generasi Milenial mungkin akan menduga lagu tersebut diciptakan dan dinyanyikan pertama kali oleh Gigi. Di tangan Gigi, 'Perdamaian' dimainkan sebagai lagu pop-rock. Vokalis Armand Maulana membawakan lagu itu dengan emosional, sebagai bentuk kritik pada orang, pemimpin, politikus, atau negara yang suka mengobarkan peperangan.


Kiai Buchori, selain piawai menciptakan sekitar ratusan lagu keren juga orator ciamik. Ceramah-ceramah Kiai Buchori digemari banyak kalangan karena berisi nilai-nilai keislaman yang dibutuhkan masyarakat dan negeri ini penuh hikmah, motivasi, menjaga kebersamaan, dan tenggang rasa. Tak lupa, beliau punya selera humor yang tinggi dan suara yang sedap.


Karena unsur humor dan lagu itulah ceramah Kiai Buchori juga bernuansa hiburan, jauh dari menakutkan. Hanya sekali saya mendengarkannya dua atau tiga tahun lalu di pesantren Krapyak, Yogyakarta. Betapa senang hati saya setelah mendengarkan ceramahnya. Sahabat Gus Dur ini adalah tokoh NU di Jawa Tengah era 1980-an.


Nasida Ria beranggotakan sembilan perempuan yang semuanya berkerudung atau berjilbab (istilah "hijab" belum ada waktu itu). Instrumen yang dimainkan Nasida Ria sederhana: gendang, seruling, gitar, rebana, biola, dan piano. Salah satu lagu fenomenal mereka adalah Jilbab Putih. Ini lagu 'protes', karena di zaman Orde Baru, orang-orang yang mengenakan jilbab didiskriminasi. Sangat sedikit siswa sekolah atau PNS berjilbab waktu itu.


'Wartawan Ratu Dunia' dirilis pada 1993 dengan pencipta H Abu Ali Haidar, yang tak lain adalah Kiai Buchori Masruri. Literasi media ala seorang ulama, 20 tahun sebelum banjir hoaks dan fitnah di zaman internet ini. Banyak sekali lagu-lagu Nasida Ria ciptaan Kiai Buchori yang masih relevan hingga hari ini. Tak lapuk meski sudah uzur. Bahkan lagu berjudul 'Tahun 2000' adalah prediksi Kiai Buchori dari era 1980-an.


Dan semua itu adalah bentuk perjuangan seorang ulama bertubuh kurus dan berkulit cokelat matang yang hanya belajar di pesantren Kiai Bukhori Masruri atau H Abu Ali Haidar.


Mantan Ketua PWNU Jawa Tengah KH Ahmad Bukhori Masruri atau yang lebih dikenal dengan Abu Ali Haidar, wafat pada Kamis (17/5/2018) sekitar pukul 08.30 WIB. Pencipta lagu hits tahun 80an, berjudul Perdamaian yang dipopulerkan grup vokal Nasyida Ria itu meninggal pada usia 76 tahun karena penyakit jantung.


Meninggalnya sosok Bukhori memang meninggalkan duka yang mendalam bagi orang yang ditinggalkannya. Tak terkecuali, putra pertamanya Haedar Buchori. Menurutnya, sang ayah memang tak banyak berpesan sebelum meninggalkan ia dan keluarga besar untuk selama-lamanya. Namun, banyak hal yang Haedar kenang selama hidup bersama ayahnya.


“Bapak nggak bilang banyak sebelum tiada. Tapi kalau pesan untuk anak-anaknya itu adalah hormati ibumu. Ibumu harus kamu hormati,” katanya. 


Haidar mengisahkan, kala almarhum Bukhori Masruri meminta anak-anaknya untuk lebih mengutamakan sang ibu ketimbang sosok ayah. “Pernah suatu kejadian, saya malah melangkahi ajaran bapak itu. Waktu itu saya remaja mau pergi bawa motor, ibu sudah larang. Saya ngeyel tetap pergi dan akhirnya kecelakaan,” imbuhnya.


Lantas, pada saat itu juga almarhum Bukhori Masruri datang ke Haedar muda sambil berpesan. “Kui akibate nek ora manut ibu (Itulah akibatnya kalau tidak menurut sama ibu). Ibu harus dinomorsatukan,” katanya menirukan perkataan ayahnya. Namun, sosok itu kini telah pergi untuk selama-lamanya. Haedar hanya bisa berdoa dan berharap agar dosa almarhum diampuni dan tenang di sisi-Nya. Selamat jalan guru, semoga damai bersama ulama NU. Nasehat dan karya-karyamu banyak dikenang oleh para penerusmu.  Lahu Al-Fatihah


Penulis: M Ngisom Al-Barony

Editor: Samsul Huda



Tokoh Terbaru