Tawadhu Bukan Berarti Hina dan Rendah
Tawadhu (merendah diri) bukan berarti dirinya hina dan rendah dibanding orang lain, justru berendah diri adalah cerminan akhlak mulia yang di era digital ini mulai diabaikan
Orang yang berendah diri akan selalu menghargai orang lain dan tidak akan pernah mendzaliminya, karena baginya selalu berpandangan positif (husnudzan) bahwa tidak ada orang yang hina di depan matanya.
Hadits nabi :
وعن عِيَاضِ بنِ حِمَارٍ رضي اللَّه عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إِن اللَّه أَوحَى إِليَّ أَنْ تَواضَعُوا حتى لا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلى أَحدٍ ، ولا يَبغِيَ أَحَدٌ على أَحَدٍ » رواه مسلم .
Artinya :
Dari Iyadh bin Himar radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap tawadhu, sehingga tidak ada seorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain ~ yakni bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain ~ dan tidak pula seorang itu menganiaya kepada orang lain ~ karena orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri.” (HR Muslim)
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng tahun 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng