• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Taushiyah

Memaknai Jihad di Masa Kini

Memaknai Jihad di Masa Kini
Gus Baha
Gus Baha

KH Bahauddin Nursalim menjelaskan, dulu orang memaknai ayat Wa jahidụ bi`amwalikum wa anfusikum fi sabilillah, jika perang dengan kebatilan maka ada yang membiayai. Seperti Sayidina Usman yang membiayai Perang Khandaq dan Perang Tabuk.   

 

Saat itu, biaya perang untuk beli senjata. Dalam ilmu balaghah, melihat ayat ini jika konteks tidak disebut malah umum. Allah hanya bilang berjuanglah kamu dengan melibat harta kamu.  Wajahidu itu sesuai zaman, karena konteksnya tidak disebutkan. Berjuang dengan wa jahidu bi amwalikum, itu tafsirnya luas. Semisal untuk membeli dan membuat kekuatan

 

Dulu pemain bola Muslim di Eropa dan Amerika kesulitan dalam beribadah. Setelah Manchester City sahamnya dibeli orang Islam, bukannya dibolehkan shalat, tapi malah dibuatkan masjid untuk shalat. Artinya segampang itu orang beragama saat melibatkan unsur uang. 

 

Dalam pandangannya, kemenangan bagi Islam itu tidak selalu harus menang dalam pertarungan fisik, tapi bisa di artikan menang ekonomi dan peradaban karena saat itu diperlukan.   

 

Sebuah kekuatan bisa mempengaruhi komunitas. Dengan begitu orang-orang akan terbiasa dengan kebaikan. Orang biasa mendengarkan ada adzan, biasa mendengar wiridan, biasa bawa kitab saat ngaji. Kita menganggap kebenaran itu ma'ruf, diketahui orang banyak. 

 

Jika kita datang ke daerah yang minoritas Muslim sebagai buruh atau pekerja kasar maka untuk shalat itu susah. Namun, jika sebagai pemodal maka akan mendatangkan keamanan dari rasa takut. Ciri beragama, dengan harta ini terasa banget di Inggris

 

Seorang dokter juga bisa dakwah dengan ilmunya. Karena ia memiliki power di bidang kesehatan. Ketika seorang dokter Muslim bisa menarik simpatik karena dibutuhkan.  

 

Di Indonesia umat Muslim-nya masih menang keyakinan, semisal ada orang tidak shalat naik ferrari melamar seorang gadis di desa, maka yang diterima malah pemuda yang biasa, tapi rajin shalat. Sikap ini terbentuk karena kebaikan sudah jadi kebiasaan.   

 

Bagi perempuan, jika ada perempuan cantik dan buruh maka pikiran majikannya aneh-aneh, bisa diganggu. Namun, perempuan cantik yang jadi majikan maka buruhnya takut untuk mengganggu. Artinya power itu penting. Orang lelaki jahat akan mudah menyalurkan syahwat jika punya kekuasaan. Wallahu a'lam bis-shawab
 

KH Bahauddin Nursalim, Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

 


Taushiyah Terbaru