• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Regional

Teladani Perjuangan Ulama, PMII Purworejo Ziarah ke Makam Mbah Imam Puro

Teladani Perjuangan Ulama, PMII Purworejo Ziarah ke Makam Mbah Imam Puro
Makam Mbah Imam Puro Purworejo (dok. PMII Purworejo)
Makam Mbah Imam Puro Purworejo (dok. PMII Purworejo)

Purworejo, NU Online Jateng
Teladani perjuangan para ulama salafus shalihin khususnya di wilayah Kabupaten Purworejo, kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Ahmad Dahlan berziarah ke makam Imam Puro ulama Purworejo. Ziarah tersebut untuk meneladani perjuangan para pendahulu dihelat Sabtu (9/1). 

 

Para pengurus dan juga kader baru berziarah ke makam Kiai Imam Puro yang merupakan salah satu ulama penting dalam jaringan ulama Nusantara di wilayah selatan. Kisah Kiai Imam Puro hidup pada zaman perang Diponegoro dan dimakamkan di lereng Bukit Geger Menjangan Desa Candi Baledono Purworejo, Jawa Tengah.  

 

Dalam rilisnya ke NU Online Jateng, Pimpinan rombongan ziarah Achmad Rohadi mengatakan, peziarah banyak yang mengunjungi makam Imam Puro, terutama pada bulan Sya'ban (Ruwah). Bahkan tidak hanya di sekitar Purworejo, akan tetapi dari luar daerah juga banyak yang hadir.

 

"Mbah Imam Puro merupakan salah satu tokoh penting di Kabupaten Purworejo. Keteladanan beliau patut dicontoh oleh para generasi muda khususnya PMII," ujarnya.

 

Penjaga makam (juru kunci, red) Mbah Thoifur mengungkapkan, sejak adanya Covid-19 dan dengan adanya imbauan dari pemerintah, kunjungan ke makam Mbah Imam Puro menurun drastis. "Tahun kemarin ada himbauan dari pemerintah tentang Covid-19 jadi sepi pengunjung mas," ucapnya. 

 

"Alhamdulillah, biasanya di bulan Sya'ban tempat ini rame banget. Pengujung atau peziarah banyak dari warga lokal Purowrejo ada juga Wonosobo, Kebumen, Magelang, Temanggung, bahkan luar Jawa Tengah," sambungnya. 

 

 

Penulis buku-buku sejarah Islam Nusantara Zainul Milal Bizawie mengatakan, Kiai Imam Puro merupakan salah satu ulama penting dalam jaringan ulama Nusantara di wilayah selatan. “Syekh Imam Puro akan masuk dalam buku Masterpiece Islam Nusantara edisi dua,", kata Gus Milal.

 

Gus Milal menceritakan, Kiai Imam Puro adalah orang yang memiliki wawasan ilmu keagamaan yang luas. Dia menyebarkan Islam di wilayah selatan Jawa pada masa kolonialisme. Sehingga ia tidak jarang bersinggungan langsung dengan para penjajah Belanda karena mereka tidak ingin Islam dan Nusantara maju.  

 

"Kesewenang-wenangan Belanda itu dilawan. Selain ilmu agama yang tinggi, Kiai Imam Puro juga digdaya, punya kesaktian lebih dari manusia lainnya," tuturnya. 

 

Kiai Imam Puro gigih dalam menyebarkan Islam. Ia mendirikan Pondok Pesantren Sidomulyo, sekarang beralih nama menjadi Al-Islah. Di sini, ia mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada para muridnya yang datang dari luar daerah, bahkan ada yang dari luar Jawa.  

 

Suatu ketika, lanjut Gus Milal,  Kiai Imam Puro pernah ditahan kolonial karena pondok pesantrennya dicurigai melakukan kegiatan keagamaan yang memusuhi Belanda. Namun, beberapa hari kemudian Kiai Imam Puro dibebaskan lagi.  

 

Kiai Imam Puro juga dikenal sebagai pembawa pertama Tarekat Syatariyah di Purworejo. Dia memperoleh tarekat ini dari Kiai Guru Loning atau Syekh Mansyur Rofi'i, adik dari Kiai Taftazani (Guru utama Pangeran Diponegoro). 

 

Nama asli Kiai Imam Puro adalah Khasan Benawi, seorang keturunan ke-8 dari Joko Umbaran yang merupakan kerabat dekat Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam. Setelah belajar agama Islam, Khasan Benawi hijrah ke Purworejo dan menetap di sana. Ia kemudian dikenal sebagai Kiai Raden Imam Puro.

 

Editor: M Ngisom Al-Barony 


Regional Terbaru