• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Regional

Santri Durrotu Aswaja Banaran Semarang Jaga Akidah Masyarakat Sejak Anak-anak

Santri Durrotu Aswaja Banaran Semarang Jaga Akidah Masyarakat Sejak Anak-anak
Kegiatan bimbingan ngaji oleh santri-santri Durrotu Aswaja Semarang (Foto: NU Online Jateng/Dok)
Kegiatan bimbingan ngaji oleh santri-santri Durrotu Aswaja Semarang (Foto: NU Online Jateng/Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Menjaga akidah masyarakat harus sejak anak-anak dan bahkan usia dini. Untuk itu ada ragam cara yang bisa dilakukan agar anak mengenal 20 sifat wajib dan mustahil bagi Allah Taala dengan satu sifat jaiz serta 4 sifat wajib dan mustahil bagi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam (SAW) beserta satu sifat khususiyahnya.


Hal tersebut merupakan salah satu yang dilakukan santri Pesantren Durrotu Ahlissunnah wal Jama'ah (Durrotu Aswaja) Desa Banaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang dalam program amal bakti santri (Abas) di Kradenan Baru, Kecamatan Gajahmungkur, yakni sebuah kuliah kerja nyata (KKN) khas ala pesantren yang dekat dengan Universitas Negeri Semarang (Unnes).


"Usia anak-anak memang masih perlu pendampingan dalam hal apapun terutama dalam pendidikan agama, entah itu perihal akidah, ubudiyah maupun baca tulis Al-Qur'an," kata Koordinator Abas wilayah Kradenan Baru Dewanta Yusuf kepada NU Online Jateng, Sabtu (6/8/2022).


Namun lanjutnya, tidak semua anak mempunyai kesempatan untuk mendapat pendidikan agama yang semestinya lantaran waktu sekolah dan les belajar sebagaimana umumnya warga perkotaan.


“Kita mengambil dan memaksimalkan jadwal kosong dari anak-anak agar lebih dekat dengan mereka, apalagi banyak yang antusias dengan latihan rebana dan hafalan aqaid. Pokoknya selama kita Abas di sini mereka harus betah dengan kita,” ujarnya.


Walhasil, usaha para santri dalam merebut hati anak-anak mulai membuahkan dengan perubahan yang cukup signifikan. Dia jelaskan, semula anak-anak belajar mengaji di masjid hanya akhir pekan, namun pada pekan ketiga pelaksanaan Abas hampir setiap sore anak-anak warga sekitar bisa datang mengaji di masjid beramai-ramai.


“Alhamdulillah sekarang anak-anak rajin mengaji sore di masjid, meskipun setelah maghrib juga ada ngaji Qur'an. Sempat kaget ketika mendengar alasan mereka mengaji di masjid karena masnya ganteng,” kata Rahman Hakim menimpali.





Menurutnya, alasan unik, lucu, dan polos dari anak-anal bukan hal yang teramat penting sebab target utamanya adalah mendidik anak dengan ilmu agama yang sesuai koridor Aswaja an-Nahdliyyah.


“Hal itu sangat baik, apalagi anak-anak bisa belajar dengan golongan kita, Nahdlatul Ulama (NU) dan belajar agama yang bermadzhab syafii tentunya. Di sore hari kita ajarkan akhlak dari kitab Alalaa, aqaid seket (50, jawa), rebana, fiqih beserta praktiknya,” jelasnya.


Hakim lantas menyebut bahwa sasaran kelompoknya memanglah pendekatan kepada anak-anak sebab merekalah yang kelak menjadi penerus dalam melestarikan ilmu agama dan sejalan dengan tujuan Abas. 


“Pengabdian ini kita mengambil dari tema Abas, santri mengabdi membangun generasi. Minimal itu dulu dan nggak mau jauh-jauh,” ucapnya.  


Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja Kiai Agus Ramadhan menyampaikan, kegiatan Amal Bakti Santri (Abas) untuk melatih santri berbaur dengan masyarakat. Banyaknya permintaan di luar Gunungpati bukti kegiatan Abas sangat bermanfaat.


"Semua tempat saya sendiri yang menentukan, tentunya dimulai dengan survei dan bertanya kepada masyarakat sekitar dan teman ustadz dan kiai yang tahu kondisi sosio-kultural serta agama di daerah tersebut," ungkapnya.


Kepada para santri, Kiai Agus berpesan untuk membenahi para anak didik dalam Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dalam mengaji dan memahami agama yang sesuai dengan ajaran aswaja.


Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
 


Regional Terbaru