• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Regional

Pesantren Darul Falah Salatiga Optimalkan Peran Pembinaan Masyarakat

Pesantren Darul Falah Salatiga Optimalkan Peran Pembinaan Masyarakat
Foto bersama PPH Darul Falah seusai karnaval Hari Santri 2018 (NU Online Jateng/dokumentasi)
Foto bersama PPH Darul Falah seusai karnaval Hari Santri 2018 (NU Online Jateng/dokumentasi)

Salatiga, NU Online Jateng
Masyarakat membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari para ahli agama atau kiai, terlebih kiai pesantren. Oleh karena itu, keberadaan pondok pesantren diharapkan memiliki peran yang optimal bagi masyarakat sekitar. Hal inilah yang dilakukan Pesantren Huffadz Darul Falah, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

 

"Pesantren ada di tengah pemukiman warga, jadi harus bisa menyatu dan memiliki peran penting bagi masyarakat," kata Pengasuh Pesantren Darul Falah, Kiai Muhammad Badaruddin Alhafidz kepada NU Online Jateng, Selasa (13/12).

 

Oleh karena itu, lanjutnya, pesantren harus memiliki agenda khusus untuk membimbing masyarakat dalam belajar agama. Jika tidak, program pendidikan di pesantren harus ada yang didesain untuk mengakomodir masyarakat.

 

"Kalau ada warga yang meninggal, minimal santri bisa bergantian takziyah, menyalati, dan tahlilan sebelum diberangkatkan. Itu khusus yang tidak bertugas membantu shahibul mushibah menyiapkan keperluan upacara pemakaman dan sebagainya," urainya.

 

Kiai muda yang berguru tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah kepada Pengasuh Pesantren Nazzalal Furqoon, KH Munawwir Munajat Alhafidz di Tingkir Tengah, Kota Salatiga ini menuturkan tantangan santri yang sebenarnya adalah memiliki peran di masyarakat yang sesuai dengan kompetensinya.

 

"Memang dari pesantren dibiasakan bermasyarakat, biar nanti tidak canggung ketika sudah boyong (istilah untuk pulang kampung)," tandasnya.

 

Untuk diketahui, Pesantren Darul Falah merupakan pondok yang baru berdiri pada tahun 2016 dengan santri yang mayoritasnya mahasiswa Salatiga. "Mengelola santri yang didominasi dari kalangan mahasiswa memang beda. Kami harus bisa melakukan penyesuaian dengan karakteristik dan menerapkan kebijakan khusus," kata kiai yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Salatiga ini.


Lurah (Kepala Pengurus) Pesantren Putri Riana Safitri mengatakan, pesantren mengadakan program pendidikan yang menyatu dengan masyarakat.

 

"Pesantren kami mengadakan Madrasah Diniyyah (Madin), Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) untuk masyarakat umum, bukan hanya santri. Program khusus santri hanya program tahfidz. Itupun ada santri yang ngajinya nglajo atau santri kalong (istilah untuk santri yang tidak mukim di komplek pesantren, -red)," katanya.

 

Selain itu, sambungnya kegiatan Yasinan setiap bakda Maghrib pada malam Jum'at di mushalla sebelah pesantren, dan tadarus Al-Qur'an bil hifdzi pada hari Ahad di tempat yang sama. "Kalau untuk simaan sudah dibagi yang tugas, bacanya cuma 5 Juz. Waktunya setiap Ahad bakda Subuh sampai jam delapan," kata dara yang telah khatam 30 Juz bil hifdzi ini menguraikan.

 

Pesantren juga menggelar simaan Al-Qur'an 30 Juz setiap Ahad Kliwon di Masjid Al-Falah, Ngemplak yang dibaca oleh para santri yang dibuka dan dikhatami langsung oleh Kiai Badar. Meski demikian, Ana, sapaan akrabnya mengaku program tersebut harus menyesuaikan kondisi saat ini, yakni adanya pandemi Covid-19, sehingga kegiatan diatur sesuai dengan protokol kesehatan.

 

"Selama ada wabah ini kegiatan bersama masyarakat belum ada. Dihentikan dulu sementara waktu," ujarnya.

 

Santri yang telah menamatkan program strata satu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga ini melanjutkan, santri terjauh dari Jambi, Sumatera dan Majalengka, Jawa Barat dari jumlah keseluruhan 50 santri mukim.

 

"Untuk setoran hafalan A-Quran bakda Maghrib dan bakda isya ngaji kitab kuning," ungkapnya.

 

Untuk kajian kitab kuning dilaksanakan setiap bakda isya' dengan kitab Ta'limul Muta'allim pada hari Jum'at, dan hari Selasa mengaji kitab Safiatun Naja. "Kalau hari Ahad, Selasa, dan Rabu ngajinya Tafsir Jalalain," pungkasnya.

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Ahmad Mundzir


Regional Terbaru