Perjuangan Pedagang Makanan di Sekolah Dalam Menjaga Kehidupan dan Kearifan Tradisional Saat Ramadhan
Selasa, 25 Maret 2025 | 02:30 WIB
Nazlal Firdaus Kurniawan
Penulis
Kendal, NU Online Jateng
Bulan suci Ramadhan selalu menjadi waktu yang penuh berkah dan tantangan bagi umat Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali bagi para pedagang makanan dan minuman yang selama ini mengais rezeki di lingkungan madrasah dan sekolah. Bagi mereka, bulan ini bukan hanya tentang menjalani ibadah puasa, tetapi juga beradaptasi dengan perubahan yang datang.
Ketika jam pelajaran dipersingkat, libur sekolah semakin panjang, dan peraturan yang berlaku semakin ketat, banyak pedagang yang merasa terjepit dan harus mencari cara baru untuk tetap bertahan.
Di tengah kebijakan yang mengharuskan banyak sekolah libur selama Ramadhan, para pedagang yang biasanya mengandalkan pelanggan dari kalangan siswa dan guru harus menerima kenyataan pahit. Sebagian besar dari mereka terpaksa "libur" untuk sementara, tidak bisa lagi menjajakan dagangan mereka di pagi hingga siang hari seperti biasa.
Bahkan, sebagian dari mereka harus rela kehilangan penghasilan utama mereka karena peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah dan madrasah.
Namun, seperti pepatah yang mengatakan, "di balik kesulitan selalu ada kemudahan," beberapa pedagang berusaha untuk tidak menyerah begitu saja. Mereka mencari celah di tengah kesulitan dan menemukan cara baru untuk tetap bisa berjualan, meskipun produk yang dijual tidak lagi seperti biasanya.
Mereka memilih untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada, berjualan bukan di siang hari seperti biasa, melainkan mendekati waktu berbuka puasa. Satu-satunya waktu yang masih memberikan peluang bagi mereka untuk bertahan adalah waktu saat orang-orang mempersiapkan diri untuk berbuka puasa, ketika mereka mencari makanan dan minuman untuk berbuka bersama keluarga.
Tantangan semakin terasa bagi mereka yang dulunya berjualan makanan dan minuman, yang kini harus mencari alternatif produk yang bisa dijual di lingkungan sekolah atau madrasah.
Namun, bagi pedagang seperti Heru, seorang penjual mie telur gulung yang sudah lama berjualan di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama 71 (MINU71) Karanganom Weleri, perjuangan ini bukan hanya soal mencari uang. Bagi Heru, bulan Ramadhan adalah momen untuk terus melanjutkan kehidupan, meskipun dalam keadaan yang sulit.
Heru, yang juga merupakan anggota Banser Satkoryon Weleri, merasa bahwa meski Ramadhan datang dengan segala keterbatasannya, dia tidak bisa begitu saja berhenti berjualan.
"Meski Ramadhan, harus tetap berjualan. Apalagi di bulan Ramadan ini, sekolah liburnya lebih banyak. Dari mulai libur awal puasa, jelang lebaran, dan ditambah lagi jam pelajaran atau jam istirahat dipersingkat," ungkapnya dengan penuh semangat.
Bagi Heru, Ramadhan adalah waktu untuk tetap bertahan hidup, namun juga untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Meskipun sekolah libur dan aktivitas perdagangan berkurang, Heru memilih untuk terus berjualan, tetapi kali ini dengan cara yang berbeda.
Menjual mainan menjadi pilihan Heru untuk tetap bisa mendapatkan penghasilan. Namun, Heru tidak memilih mainan biasa. Ia mencoba berkreasi dengan barang-barang tradisional yang jarang ditemukan di zaman modern ini, seperti pletokan, sebuah senjata mainan yang terbuat dari bambu kecil dan peluru dari kertas yang dibasahi atau biji jambu.
Mainan seperti ini mungkin hanya bisa ditemui di masa kecil kita, dan kini Heru mencoba menghidupkan kembali kenangan masa lalu dengan menawarkan mainan yang sudah langka ini kepada anak-anak. Tidak hanya itu, Heru juga berinovasi dengan menjual balon air yang dibentuk menyerupai buah-buahan.
Meskipun ide ini terdengar sederhana, namun bagi Heru, ini adalah cara untuk mengingatkan orang pada keceriaan masa kecil, sambil tetap berusaha menjaga kelangsungan hidup di tengah kondisi yang serba terbatas.
Bagi Heru, berjualan bukan sekadar soal uang. Ini adalah bagian dari hidupnya, bagian dari perjuangannya dalam menjalani kehidupan. Meski di tengah keterbatasan waktu dan peluang, ia memilih untuk tetap berusaha.
Bahkan, meskipun ia memilih berjualan mainan, waktu sore hari bagi Heru adalah waktu untuk menghidupkan keberkahan bulan Ramadhan, ikut serta dalam kegiatan ibadah, berdoa, atau mengikuti buka bersama (bukber) yang diadakan oleh MWCNU Weleri. Baginya, ibadah dan silaturahmi adalah bagian tak terpisahkan dari hidup yang lebih bermakna.
Heru dan pedagang lain yang sepertinya tidak hanya berjuang untuk mencari nafkah, tetapi juga berjuang untuk tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan dan kearifan tradisional.
Mereka tidak menyerah dengan keadaan yang ada, mereka beradaptasi dengan perubahan dan tetap mempertahankan semangat untuk hidup dengan cara mereka sendiri. Dalam setiap langkah mereka, ada semangat untuk bertahan hidup dan sekaligus untuk membawa kebahagiaan bagi orang lain, khususnya anak-anak yang menikmati mainan tradisional yang sudah hampir terlupakan.
Di balik setiap senyuman anak yang bermain dengan pletokan bambu atau balon air berbentuk buah, ada cerita perjuangan dari pedagang-pedagang sederhana seperti Heru. Mereka yang menjalani Ramadhan dengan segala keterbatasan dan tantangan, namun tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
Semangat mereka untuk bertahan hidup, menjaga tradisi, dan terus berbagi kebahagiaan kepada sesama, merupakan contoh kecil dari bagaimana manusia bisa tetap bertahan di tengah kerasnya hidup, dengan segala kekuatan yang ada dalam diri mereka.
Bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa tetap bersyukur dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, meski dalam kesederhanaan.
Begitulah kisah Heru dan para pedagang lainnya, yang dengan segala upaya dan kreativitas mereka, tetap memelihara semangat hidup meski tantangan datang silih berganti. Mereka mengajarkan kita bahwa di tengah kesulitan, selalu ada peluang untuk bertumbuh, belajar, dan berbagi kebaikan.
Terpopuler
1
LPBI PWNU Jateng Terjunkan Tim Bantu Korban Bencana Tanah Gerak di Brebes
2
Halal Bihalal IKA UIN Gus Dur Pekalongan, Perkuat Silaturahmi di Era Disrupsi
3
LP Ma’arif dan IPNU-IPPNU Jateng Gelar TOT: Bergerak Bersama Pelajar Berbudaya Annahdliyah
4
LBH Ansor Kendal Teguhkan Militansi Kader di PKD Boja: Bangun Generasi Melek Hukum dan Berakhlak
5
Ibu-Ibu IHM NU Weleri Kendal Sambangi Rumah Calhaj, Bawa Doa dan Semangat Persaudaraan
6
Prof Helmy Purwanto Dilantik sebagai Rektor Unwahas Periode 2025–2029
Terkini
Lihat Semua