Pentingnya Regenerasi Pengurus NU agar Sesuai Perkembangan Zaman
Senin, 21 Oktober 2024 | 12:00 WIB

Dokumentasi kegiatan Istighosah dan Mujahadah rutin MWCNU Wonosegoro di Masjid Al Falah, Jrebeng, Wonosegoro pada Ahad (20/10/2024). (Dok. Istimewa)
Siswanto AR
Kontributor
Boyolali, NU Online Jateng
Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Wonosegoro, Boyolali, KH Yahya mengingatkan pentingnya regenerasi pengurus atau kader organisasi agar sesuai dan mudah mengikuti perkembangan zaman.
“Kami imbau semua kader mempersiapkan diri untuk regenerasi kepengurusan,” kata Kiai Yahya setelah istighosah dan mujahadah rutin MWCNU Wonosegoro di Masjid Al Falah, Jrebeng, Wonosegoro pada Ahad (20/10/2024).
Selama memimpin kepengurusan, Kiai Yahya menuturkan bahwa ia telah menggerakkan sendi-sendi organisasi di antaranya dengan lebih mengaktifkan Badan Otonom (Banom) dan sejumlah kegiatan MWCNU sehingga berjalan dengan baik, seperti mujahadah rutin dan proses pembangunan NU Center.
“Hampir semua banom aktif bergerak, seperti GP Ansor, Fatayat, JQHNU, IPNU-IPPNU, Pagar Nusa, dan lainnya dalam menyukseskan kegiatan di MWCNU,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia turut mengapresiasi kebersamaan pengurus MWC dan ranting NU yang mengedepankan kerja sama kolektif kolegial sehingga bisa menjalankan kegiatan dengan semangat kesatuan penuh kebersamaan.
“Hal ini kami lakukan demi turut khidmat menjaga kebesaran NU, yakni dengan tidak keluar rel (aturan) Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) NU,” jelasnya.
Kiai Yahya berpesan, pengurus dan kader NU yang akan datang dimohon lebih sigap dengan situasi zaman dan diharapkan dapat membawa kemajuan bagi MWCNU Wonosegoro di masa yang akan datang.
Baca Juga
PWNU Jateng: Ini Tugas Utama Pengurus NU
“Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan pengurus yang akan datang harus lebih baik,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Kiai Yahya juga mengimbau terkait pilkada 2024. Ia menekankan agar kader NU tidak menggunakan fasilitas atau atribut NU untuk kepentingan politik praktis.
“Jangan mencederai kebesaran NU dengan kepentingan partisan, agar NU betul-betul tetap menjadi organisasi sosial keagamaan yang bermartabat,” katanya.
Namun demikian, dirinya mempersilakan secara pribadi bagi kader yang hendak berpolitik praktis dengan cara yang etis. Ia menambahkan, mendukung serta mengajak memilih calon gubernur dan bupati, tentu diperbolehkan. Namun, dengan tidak menggunakan fasilitas NU atau nama besar NU menjadi taruhan.
“Warga NU jangan mudah dibawa atau diseret arus dan situasi yang belum jelas kemaslahatannya. Kita tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana,” tuturnya.
Sementara itu, Katib MWCNU Wonosegoro, Kiai Kumaidi mengingatkan arti penting manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Nabi sendiri, lanjutnya, memiliki mandat serta program untuk memperbaiki marwah agama, jiwa, serta menciptakan kedamaian, kesejahteraan, termasuk mengatur roda kehidupan politik.
“Ulama boleh berpolitik kebangsaan yang membawa keadilan dan kebaikan bersama,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Keutamaan Dan Hikmah 10 Muharram
2
Rute dan Moda Terbaik Menuju Pelantikan JATMAN di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo
3
Lailatul Ijtima' PRNU Sitail Tegal: Perkuat Sinergi dan Gerakkan Koin NU untuk Umat
4
Makesta Award dan Porseni IPNU IPPNU Belik, Ajang Penguatan Karakter dan Budaya Pelajar NU
5
Kiai Ubaidullah Ajak Saksikan Film Seribu Bayang Purnama, Suara Lantang untuk Petani dan Bumi yang Lebih Sehat
6
Ulama dan Tokoh Haji Jateng Dorong Revisi UU Haji Demi Layanan Lebih Berkeadilan
Terkini
Lihat Semua