• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Regional

Nahdliyin Harus Teladani Kiai NU Jangan Beralih Ke yang Lain

Nahdliyin Harus Teladani Kiai NU Jangan Beralih Ke yang Lain
Kegiatan haul Mbah Bengkah Karangawen, Demak (Foto: NU Online jateng/Eko Siswanto)
Kegiatan haul Mbah Bengkah Karangawen, Demak (Foto: NU Online jateng/Eko Siswanto)

Demak, NU Online Jateng
Warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyyin) harus selalu mentaati nasehat dan meneladani sikap serta   perilaku para kiai NU dalam menjalani hidup sehari-hari baik dalam beribadah dan  bermasyarakat.


Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) KH Hadlor Ihsan mengatakan, para kiai NU yang selama ini menjadi panutan umat dalam menjalani kehidupan sehari-hari harus kita teladani, nahdliyin jangan beralih ke yang lain.


"Seperti almarhum KH Abdullah Dimyati dan KH Dzanuri Bengkah, Karangawen, Demak yang kita peringati haulnya pada saat ini adalah teladan hidup yang layak kita jadikan rujukan dalam menjalani hidup pada zaman kapan dan apapun," kata Kiai Hadlor.


Kiai Hadlor yang juga Pengasuh Pesantren Al-Ishlah Mangkang, Kota Semarang mengatakan hal itu saat menyampaikan mauidhah hasanah dalam acara haul ke-81 KH Abdullah Dimyati dan ke-36 KH Dzanuri yang berlangsung di Masjid Baitul Amin Bengkah, Wonosekar, Karangawen, Demak,  Rabu (27/3/2024).


Menurutnya, dari informasi yang diperolehnya para Masyayikh Bengkah terutama dua kiai yang sedang dihauli ini sangat berjasa dalam mengembangkan dakwah Islam di Demak bagian selatan.


"Terbukti hasilnya bisa dirasakan hingga kini bahwa warga di sekitar lokasi beliau menjalani hidup  ketaatan dalam menjalankan agama sangat tinggi," ucapnya.


Kiai Aula Ulil Azmi mewakili dzuriyah KH Abdullah Dimyathi dan KH Dzanuri dalam sambutanya mengajak masyarakat untuk terus melanjutkan perjuangan almarhum dengan tetap menjaga kerukunan dan kekompakan 


"Kiai Abdullah Dimyathi merupakan putra ke-4 RM KH Sanusi Karanggondang, Brabo, Grobogan yang silsilahnya nyambung dengan dzuriyah Kesultanan Bintoro Demak. Populer disebut dengan Mbah Dimyathi Bengkah, lahir pada tahun 1862 dan wafat pada hari Sabtu Wage (26 september 1943) bertepatan dengan 16 Ramadhan 1631 Hijriah," terangnya.


Pulang dari mondok di Langitan Tuban, Jatim lanjutnya, Kiai Dimyathi langsung menjalankan dakwah dan mengamalkan ilmunya dengan memberikan bimbingan Islam terhadap masyarakat di tanah kelahirannya. 


"Ketika berkesempatan menjalankan ibadah haji menyempatkan diri singgah di Malaysia dan menikahi wanita setempat dan dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Ngatemi," ungkapnya.


Gadis Ngatmi sambungnya, kemudian menikah dengan penduduk setempat melahirkan dua orang putra yakni Abdul Hamid dan Asror (Selar). Setelah beberapa lama tinggal di Malaysia, Kiai Dimyati kembali ke tanah air dan menikah dengan Simbah Nyai Shofiyah dari Kalikondang, Karangtengah,  Demak.


Kepada NU Online Jateng, Senin (1/4/2024) dikatakan, usai menikah yang kedua kalinya itu, Mbah Dimyathi bermukim di Karanggondang, kemudian diajak oleh sahabatnya hijrah ke Bengkah untuk mengembangkan dakwah dan mengajarkan Islam kepada warga masyarakat.


"Gerakan dakwah dan mengajarkan Islam di masyarakat berhasil dan manfaatnya bisa dilihat dan dirasakan hingga sekarang ini," pungkasnya.


Pengirim: Eko Siswanto 


Regional Terbaru