• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 26 April 2024

Regional

Mustasyar NU Jateng: Bersyukurlah Jadi NU

Mustasyar NU Jateng: Bersyukurlah Jadi NU
Kegiatan lailatul ijtimak MWCNU Mranggen, Demak (Foto: NU Online Jateng/Ben Zabidi)
Kegiatan lailatul ijtimak MWCNU Mranggen, Demak (Foto: NU Online Jateng/Ben Zabidi)

Demak, NU Online Jateng
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Munif Muhammad Zuhri mengatakan, Nahdliyin beruntung sekali menjadi orang NU. Karena di sekitar kita banyak Islam, tapi tidak menjadi Nahdliyin.


“Saya tidak perlu jadi siapa-siapa, tidak usah jadi siapa-siapa, dan tidak usah jadi  apa-apa saya cukup senang, lega dan bangga. Meskipun saya hanya jadi butir debu yang menempel di tiang bendera NU yang tidak sempat terusap sampai kiamat,” ungkap Mbah Munif yang juga Pengasuh Pesantren Giri Kusumo itu.


Hal itu disampaikan pada acara Pengajian Umum dan Lailatul Ijtima Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Mranggen, Kabupaten Demak di Gedung MWCNU setempat pada Sabtu (29/3).  





Pada kesempatan itu Mbah Munif mengajak warga NU untuk selalu bersyukur dengan nikmat-nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Termasuk nikmat kemerdekaan yang sudah diraih bangsa Indoensia. 


"Saya mewanti-wanti jangan sampai lupa atau bahkan kufur nikmat karena jika lupa tidak bersyukur, maka akan banyak musibah akhirnya tidak merasa nyaman dan aman dalam hidup," tegasnya.


Menurutnya, ada banyak hal yang menimbulkan masalah kita alami setiap hari. Karena itu, memohon petunjuk kepada Allâh SWT Dzat yang Maha pemberi Petunjuk sangatlah penting. Orang yang tidak mendapatkan petunjuk  dan hidayah dari Allah SWT tentu hidupnya akan tersesat.


“Untuk itulah dalam setiap shalat, kita selalu berdoa dalam surat Al-Fatihah ihdinash shirathal mustaqim, tunjukkanlah kami jalan yang lurus,” jelasnya.


Ditambahkan, banyak orang dalam menafsirkan Surat Ar-Ra’du ayat 11 selama ini kurang tepat. Ayat yang kerap dikutip penceramah atau motivator lalu menafsirkannya ini selalu diartikan Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka sendiri mau merubahnya. 


"Ayat ini berbicara tentang suatu negeri yang makmur, damai, aman dan sentosa. Lalu penduduk negeri tersebut lupa terhadap nikmat Allah SWT tersebut dengan berbuat durhaka dan maksiat kepada Allah SWT sehingga terjadi perpecahan, bencana dan musibah. Maka, jangan pernah lupa Allah SWT ketika nikma-nikmat sudah diberikan. karena tambah bersyukur, maka nikmat akan semakin bertambah," terangnya.
 

“NU sejak berdiri sampai sekarang telah melalui berbagai warna tantangan sejarah bangsa. NU tetap berdiri kokoh sampai hari ini. Ini juga patut kita syukuri,” sambungnya.


Rais MWCNU Mranggen yang juga Wakil Bupati Demak KH Ali Makhsun menjelaskan kutipan dari kitab Nashaih ‘Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, bahwa Sahabat Ali bin Abi Thalib menyatakan ada enam nikmat yang paling utama diberikan kepada kaum muslimin. 


"Tiga nikmat sudah diberikan oleh Allah SWT yakni Islam, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Ketiganya wajib kita jaga dan kita syukuri. Sedangkan tiga yang terakhir harus diikhtiarkan dan diusahakan dengan upaya maksimal," ucapnya.


Disampaikan, nikmat berikutnya adalah al-afiyah yakni tentramnya hati dan batin. Salah satu indikatornya dengan mempunya jiwa pemaaf. Yang kelima adalah tertutupnya aib diri dengan tidak suka membuka cacat atau aib orang lain. "Dan yang keenam tidak tergantung bantuan orang lain dengan berjiwa mandiri," ungkapnya.
 

Kegiatan Lailatul Ijtima setiap selapanan tersebut dihadiri segenap Pengurus MWCNU Mranggen, perwakilan Pengurus Ranting NU se-Kecamatan Mranggen, Badan Otonom NU, serta ribuan nahdliyyin nahdliyyat kecamatan Mranggen.


Pengirim: Ben Zabidy 


Regional Terbaru