• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Regional

Moderasi Beragama Jadi Ruh UIN Walisongo Semarang 

Moderasi Beragama Jadi Ruh UIN Walisongo Semarang 
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Semarang, NU Online Jateng
Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Kurnia Muhajarah menyampaikan, moderasi beragama sangat diagungkan oleh UIN Walisongo dengan prinsip 'agamamu agamamu, agamaku agamaku'.

 

"Yaitu berupa toleransi beragama yang harus saling menghormati dan saling menghargai dalam kesatuan Bhineka Tunggal Ika," ucapnya.

 

Hal itu disampaikan saat Kelompok 10 KKN MIT DR XII UIN Walisongo melakukan pengabdian melalui acara webinar moderasi beragama yang digelar melalui aplikasi Zoom Us dengan tema 'Keberagaman Agama Dalam Satu Bangsa dan Negara' pada Rabu (21/7).

 

Dikatakan, sekarang ini di UIN Walisongo juga sudah mempunyai Rumah Moderasi Beragama yang salah satu tokohnya adalah Prof Syamsul Maarif dan M Rikza Chamami.

 

"Oleh karena itu, tepat kiranya para mahasiswa menggelar webinar dengan tema keregaman agama dalam satu bangsa dan satu negara," terangnya.

 

Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Prof Syamsul Maarif menjelaskan, Pancasila merupakan rumah kita bersama, Islam dengan agama yang lainnya harus berdampingan dan saling menghargai.

 

“Agama-agama harus membuat transformasi atau sebagai agen of change untuk mengubah pergerakan-pergerakan yang membawa perubahan lebih baik dan saling mentoleransi, karena agama memberikan kita solusi-solusi untuk hidup berkesinambungan,” ungkap Syamsul yang juga Ketua Forum Kooordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng ini.

 

Menurutnya, paradigma moderisme yang bersedia merangkul, nasionalisme universalism religion, dan membangun ukuhwah adalah beberapa bagian yang ada dalam moderasi beragama. 

 

"Di mana masing-masing individu harus saling menghormati dan juga menjaga akan kearifan yang dimiliki oleh masing-masing kultur yang mereka miliki,” tegasnya.

 

Pengurus Pusat Jemaat Allah Global Indonesia Pendeta Aryanto Nugroho menjelaskan, tiga potensi konflik dalam suasana homogen identitas yang memicu perbedaan identitas agama oleh sejumlah masalah di antaranya masalah tafsir, masalah hegemoni sosial, dan masalah sekuler politik.

 

"Tiga pendekatan yang bisa dilakukan untuk menciptakan moderasi beragama yaitu pendekatan konstitusional, pendekatan kesamaan (Common Value), dan pendekatan kemanusiaan dan budaya," ucapnya.

 

Pendeta Aryanto menyampaikan bahwa teman-teman UIN Walisongo patut bangga karena mau berkomitmen dengan topik moderasi beragama ini. Karena kita butuh lebih banyak kerja lintas kelompok untuk memperkuat moderasi beragama dan semuanya harus dimulai dengan lebih banyak bertemu, lebih banyak berkenalan dan lebih banyak berdialog, demi kebaikan Indonesia. 

 

"Karena Indonesia merupakan negara yang kompleks, maka penting adanya untuk membicarakan moderasi beragama di Indonesia," tadasnya.

 

Ketua Pusat PPM LP2M UIN Walisongo Semarang M Rikza Chamami mengapresiasi kelompok 10 KKN MIT DR XII UIN Walisongo yang tidak ada lelahnya untuk tetap melakukan pengabdian melalui berbagai macam acara-acara yang dilakukan baik online maupun offline. 

 

Kontributor: Sustania Via Lintas Sari
Editor: M Ngisom Al-Barony 
 


Regional Terbaru