• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Regional

Mimbar Budaya Lesbumi Jateng untuk Teladani Nilai-nilai Pancasila

Mimbar Budaya Lesbumi Jateng untuk Teladani Nilai-nilai Pancasila
Staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Chozin Amirullah (Foto: NU Online Jateng/Nairi)
Staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Chozin Amirullah (Foto: NU Online Jateng/Nairi)

Semarang, NU Online Jateng
Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama Jawa Tengah Lukni Maulana mengatakan, melalui agenda 'Mimbar Budaya' yang bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila diharapkan menjadi pemantik untuk meneladani nilai-nilai pancasila.

 

“Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mewujudkan tatanan kehidupan berlandaskan Pancasila untuk Indonesia adil dan makmur,” ucapnya di Semarang, Senin (1/6).

 

Kepada NU Online Jateng, Jumat (4/6) Lukni menjelaskan, kegiatan yang dilakukan secara online maupun ofline dengan menghadirkan peserta tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Sedangkan narasumber dari Jakarta dilakukan secara virtual.

 

Staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Chozin Amirullah mengatakan, memperingati hari lahir Pancasila dilakukan sejak tahun 2014. Tetapi sesungguhnya subtansi dari pancasila seharusnya sudah dijalankan jauh sebelum itu.

 

“Kita sebagai anak muda punya kewajiban untuk menyerap dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kekinian,” ucap Chozin.

 

Muhammad Chozin berpesan, mengamalkan Pancasila dalam konteks kekinian dengan menggunakan mode-mode komunikasi terkini. Gunakan medium komunikasi terkini untuk mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila.

 

“Jauh lebih penting, selain bicara kita menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

 

Chozin menyampaikan, intisari dari Pancasila yakni keadilan sosial. Keadilan sosial menjadi sesutu yang dituju, namun seringkali para elite yakni para politisi terkadang menjadikan keadilan sosial sebagi komoditas atau alat untuk tujuan politik.

 

“Harusnya keadilan sosial itu tujuan, politik adalah alatnya. Dua konsep ini berbeda,” terangnya.

 

Staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menginisasi gerakan Turun Tangan menjelaskan, berawal dari lawan kata Urun Angan yang kemudian ditambah huruf “T” sehingga menjadi Turun Tangan. Dengan menambahkan dua huruf T menjadi signifikan perubahnnya.

 

"Gerakan Turun Tangan saat ini sudah tersebar di 70 daerah. Pola Turun Tangan bukan organisasi tapi movement atau gerakan berbasis komunitas. "Gerakan kerelawanan Turun Tangan mereka bergerak sendiri tanpa mengandalkan struktur yang rigid," ungkapnya.

 

Disampaikan, turun tangan memberikan alternatif aktivitas baik indoor maupun outdoor. Mulai dari aktivitas pendidikan, kemanusiaan, ekonomi maupun sosial budaya. 

 

"Saat pandemi Covid-19, relawan 70 daerah bergerak memberikan bantuan. Baik bantuan sembako, alat kesehatan, maupaun memberikan tunjuangan program-program seni dan budaya," paparnya.

 

“Kita ingin mendedikasikan diri berkontribusi untuk negara. Jika pemerintah memiliki kewajiban konstitusional. Kita memiliki kewajiban moral untuk membayar janji-janji kemerdekaan,” tutupnya.

 

Kontributor: Nairi

Editor: M Ngisom Al-Barony
 


Regional Terbaru