• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 30 April 2024

Regional

Ketua ISNU Semarang: Pesantren Harus Jadi Pusat Peradaban

Ketua ISNU Semarang: Pesantren Harus Jadi Pusat Peradaban
Kegiatan stadium general Pesantren Darul Falah besongo Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Raif)
Kegiatan stadium general Pesantren Darul Falah besongo Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Raif)

Semarang, NU Online Jateng
Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota semarang Prof H Syamsul Ma'arif mengatakan, dalam perkembangannya pesantren telah mampu menjadi pusat pendidikan dan pusat peradaban. Salah satu perannya adalah pesantren memiliki kekuatan etik-etik dan akademik community.


"Karena memang dia memiliki sebuah karakter, dari awalnya sudah ada transmisi-transmisi nilai. Jadi yang pertama diwajibkan adalah utamakan adab sebelum ilmu," ujarnya.


Syamsul Ma'arif mengatakan hal itu secara luring dalam stadium general yang bertajuk 'Peran Pesantren Sebagai Pusat Pengembangan Keilmuan di 5.0' yang diselenggarakan oleh Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, Sabtu (13/08/2022). 


Disampaikan, pesantren cukup kreatif di tengah institusi dan lembaga-lembaga lainnya yang gulung tikar dikarenakan Covid-19. Pesantren tetap mampu eksis di tengah gelombang modernisasi dan isu-isu kontemporer.


"Dalam pesantren terdapat rekontruksi epistemologi dengan tiga kekuatannya di antaranya adalah bayani, irfani dan burhani. Pertama, bayani adalah metode berfikir berdasarkan pada teks-teks kitab suci Al-Qur'an. Jadi, seorang santri jangan sampai melupakan Qur'annya," ucapnya.





Yang kedua lanjutnya, adalah irfani. Irfani itu penalaran berdasarkan pengalaman-pengalaman spiritual. Jadi, yang nampak itu di spiritualisasi.


"Sedang yang ketiga yaitu burhani. Kerangka berfikir yang didapatkan kepada apa yang disebut dengan sistematika berfikir yang runtut dan logis. Jadi, kalau berbicara dan menulis, santri itu harus runtut dan logis," tegasnya.


Kepada NU Online Jateng, Selasa (16/8/2022) Kiai Syamsul yang juga Ketua FKPT Jateng itu menyampaikan, santri dengan kekuatan paradigmatiknya tidak hanya reflektif yang iluminatif, tidak hanya reflektif aqliyah saja. 


"Tetapi kalau bisa best on riset, empiris dan produktif. Jadi, nanti akan terlihat bedanya orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu," pungkasnya.


Pengirim: Raif


Regional Terbaru