• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 18 Mei 2024

Regional

Keluarga Jadi Benteng Terakhir dalam Proses Kaderisasi Generasi Bangsa

Keluarga Jadi Benteng Terakhir dalam Proses Kaderisasi Generasi Bangsa
Ketua Lakpesdam NU Boyolali Muslich tengah menyampaikan materi dalam acara Workshop Parenting. (Dok. NU Boyolali)
Ketua Lakpesdam NU Boyolali Muslich tengah menyampaikan materi dalam acara Workshop Parenting. (Dok. NU Boyolali)

Boyolali, NU Online Jateng
Keluarga adalah pilar utama pendidikan anak sekaligus gerbang utama proses kaderisasi generasi penerus. Namun, seringkali isu ini belum menjadi prioritas pembangunan, baik dalam skala mikro maupun makro.

Bahkan di tengah masyarakat sekalipun, banyak yang mengabaikan pentingnya pengasuhan anak secara ideal khususnya bagi warga pedesaan. Untuk itulah Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya manusia (Lakpesdam) PCNU Boyolali hadir menggugah kesadaran bersama tentang pentingnya pengasuhan anak dengan menggelar workshop parenting bagi guru, wali siswa, dan warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Boyolali, Ahad (27/2).

Bekerjasama dengan Ranting NU Banyuanyar, MI Ma’arif Banyuanyar, BUM Desa Banyuanyar dan Prodi IAT UIN Raden Mas Said Surakarta, dalam kegiatan workshop parenting tersebut menghadirkan beberapa narasumber antara lain Wakil Rais PCNU Boyolali KH Jamal Yazid dan Ketua Lakpesdam PCNU Boyolali Muslich.

Dalam pemaparannya, KH Jamal Yazid berpesan bahwa keluarga khususnya ibu adalah benteng terakhir dalam proses penjagaan generasi penerus dari segala ancaman yang ada. Hal ini sejalan dengan pesan Nabi al-umm madrasatul ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi putra-putrinya).

"Sehingga ibu perlu meningkatkan kemampuan dalam proses pengasuhan anak, baik secara lahir maupun batin," terang Kiai Jamal.

Dengan begitu lanjut Kiai Jamal, akan lahir generasi-generasi penerus yang mempunyai karakter dan mampu membangkitkan kehidupan keluarga dalam segala aspeknya.

Sementara Muslich menyampaikan poin-poin penting tentang penting praktik ideal pengasuhan anak, yang dalam hal ini menggabungkan nilai spiritual dan wacana-wacana kontemporer untuk selanjutnya dipraktekkan dalam kehidupan keluarga.

"Proses pengasuhan di era teknologi ini memiliki tantangan yang tak mudah. Jangan sampai anak-anak lebih tunduk pada gawai dibandingkan pada orang tuanya," tegasnya.

Melalui materi yang ia sampaikan, Muslich juga mengajak para peserta untuk memperbaiki cara mengasuh anak, baik secara spiritual dan tidak tertinggal dengan perkembangan zaman


Wadah Belajar

Kegiatan yang diikuti oleh kurang lebih 100 peserta ini diawali dengan sambutan hangat dari Komite Madrasah MI Ma’arif Banyuanyar, Saeful Hadi. Ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjibaku menyiapkan dan mensupport kegiatan ini.

"Kami berharap, kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan sebagai bagian dari pengembangan SDM yang ada, serta dapat bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.

Perwakilan dari Prodi IAT UIN Raden Mas Said, Nur Rohman menyampaikan amanah Kementerian Agama yang menaungi lembaganya untuk terus bersama-sama berperan aktif dalam proses penguatan Moderasi Beragama, khususnya dalam ranah keluarga.

Nur Rohman menilai wilayah Banyuanyar yang mayoritas warga NU telah melakukan praktik baik dalam mengembangkan desa, melestarikan tradisi, dan nilai-nilai perdamaian. "Akan tetapi, tentu ini harus terus dikembangkan. Oleh karena itu, kami dari UIN RMS Surakarta ingin ikut belajar bermasyarakat dan mencatat praktik baik yang selama ini telah ada," pungkasnya.

Penulis: Ajie Najmuddin
​​​​​​​Editor: M Ngisom Al-Barony​​​​​​​​​​​​​​


Regional Terbaru