• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Regional

Kader NU Semarang Rawat Sepasang Lansia yang Hidup di Emperan

Kader NU Semarang Rawat Sepasang Lansia yang Hidup di Emperan
Pasangan orang lanjut usia (lansia) yang hidup telantar di emperan ruko (Foto: NU Online Jateng/ istimewa)
Pasangan orang lanjut usia (lansia) yang hidup telantar di emperan ruko (Foto: NU Online Jateng/ istimewa)

Semarang, NU Online Jateng
Aktivis Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Dwi Supratiwi dan aktivis Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kota Semarang Budhi Santoso melakukan tindakan mulia. Mereka berdua merawat pasangan orang lanjut usia (lansia) yang hidup telantar di emperan ruko.

 

Kedua lansia malang tersebut adalah Djono dan Suwarni yang secara administrasi tercatat sebagai warga Karanggeneng RT 05 RW 02 Jagalan, Semarang Tengah, Kota Semarang. Keduanya sudah tidak tinggal di alamat tersebut setelah sekian lamanya menjual tempat mereka berlindung dari terik matahari dan guyuran hujan.

 

"Mbah Djono usianya 70 tahun dan Mbah Suwarni yang usianya 74 tahun hidup bersama di emperan toko," kata Tiwi, sapaan akrab Dwi Supratiwi kepada NU Online Jateng, Rabu (11/8).

 

Nasib kedua lansia tersebut diketahui dari adanya laporan warga ke Call Centre 112 (CC 112) Pemerintah Kota Semarang. Selaku koordinator Tim Penjangkauan Dinsos (TPD) Kota Semarang, Tiwi mengajak serta Budhi Santoso dan Dadang Abdurrohman Sekretaris Forum Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) Kota Semarang yang juga tergabung sebagai relawan Dinsos.

 

Ketiga relawan kemanusiaan Bidang Rehabilitasi Sosial (Rehabsos) pun mendampati Djono dalam kondisi sakit di emperan sebuah minimarket yang ada di Jalan Karangsaru, Jagalan, Semarang Tengah, Kota Semarang. 

 

"Dulu mereka tinggal di Karanggeneng RT 05 RW 02 Jagalan, Semarang Tengah. Namun rumahnya sudah dijual dan mereka sekarang hidup di jalanan sambil merosok dan sesekali meminta (mengemis-red)," ujarnya.

 

Dikatakan Tiwi, sebelum menjalani hidup sebagai orang jalanan, Lurah Jagalan saat itu pernah memberikan bantuan berupa sebuah gubuk kecil di samping kantor kelurahan. Keduanya pun sempat menetap lama di sana, bahkan saat lurah yang menjabat telah berganti beberapa kali. "Waktu itu lurahnya Pak Arifin, Mbah Djono dan istrinya masih terbantu dengan ikut tinggal di sebelah kantor," urainya.

 

Aktivis Rumah Perempuan dan Anak (RPA) Kota Semarang ini melanjutkan, Djono hidup cukup damai berpasangan dengan Suwarni di ruang kecil sebelah kantor sampai pada saat kantor kelurahan tersebut pindah dan otomatis gubuk tempatnya berteduh ikut dibongkar. 

 

"Kantor itu sudah jadi ruko, tempat dia dan istrinya ditemukan oleh TPD," ungkapnya.

 

Kesehatan Djono dikhawatirkan semakin buruk lantaran istrinya tidak bisa merawat. Sebab kata Dwi Supratiwi, kedua lansia telantar tersebut secara fisik sudah mulai menurun dan tidak memiliki apa-apa. 

 

"Alhamdulillah ada warga yang lapor ke CC 112, lalu ambulans Hebat datang memeriksa Mbah Djono, dan disusul oleh TPD untuk penanganan selanjutnya," bebernya.

 

Relawan NU Kota Semarang saat menolong warga terlantar untuk dirawat di panti asuhan (Foto: Dok)

 

Mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Semarang melanjutkan, diagnosa tim medis ambulans hebat menyatakan Djono tidak mengalami kegawatdaruratan. Hanya saja, ia disebut mengalami gangguan penglihatan. "Mbah Djono hanya dinyatakan sakit katarak, setelah itu tim medis pulang," terangnya.

 

Meski begitu, Tiwi bersama Budhi Santoso dan Dadang Abdurrohman memutuskan tetap membawa kedua lansia tak beruntung tersebut ke RSUD KMRT Wongsonegoro untuk pemeriksaan lanjutan. 

 

"Kita tidak bisa meninggalkan orangtua telantar di jalanan, karena sakit ya kita rujuk ke rumah sakit dulu biar dirawat. Alhamdulillah, akhirnya Mbah Djono bisa mendapat perawatan kesehatan di Ruang Yudhistira," sebutnya.

 

Saat ini lanjutnya, TPD sebagai perpanjangan Dinas Sosial tengah mengupayakan langkah lanjutan untuk merawat kedua Lansia telantar tersebut. "Untuk panti sosial yang akan menampung masih kita koordinasikan. Pandemi ini hampir semua panti, terutama yang jompo belum bisa menerima warga baru," tutupnya. 

 

Budhi Santoso menambahkan, hidup jadi lebih berguna dan dapat palajaran berharga dengan ikut aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan. "Banyak realita hidup yang bisa kita pahami ketika menjangkau orang-orang yang terpaksa harus hidup jalanan, seperti kesetiaan Mbah Djono dan Mbah Suwarni, ini luar biasa," pungkasnya.

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony
 


Regional Terbaru