Regional

Haul KH Masruri: Refleksi Keteladanan, Cinta Ilmu, dan Warisan Akhlak

Selasa, 24 Juni 2025 | 15:00 WIB

Haul KH Masruri: Refleksi Keteladanan, Cinta Ilmu, dan Warisan Akhlak

Gus Sholah dalam sambutan (Foto: tangkapan layar Pesantren Al-Hikmah 2 Benda)

Brebes, NU Online Jateng 

Ribuan jamaah memadati komplek Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, dalam rangka memperingati Haul ke‑14 KH Moh Masruri bin H Abdul Mughni dan Haul ke‑29 Nyai Hj Adzkiyah binti H Miftah, pada Ahad (22/6/2025). 


Dalam sambutan mewakili keluarga, KH Sholahuddin Masruri menegaskan bahwa haul ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan dzikrul hayah, momentum untuk mengenang dan meneladani kehidupan Abah Masruri. Ia menyebutkan tiga keteladanan utama ayahandanya: cinta terhadap tamu, silaturahim, dan kasih sayang tanpa pandang bulu.


"Pesantren ini bukan warisan, tapi amanah. Kalau dianggap warisan, maka ikhtilaf bisa berubah jadi mufaroqoh (perpecahan). Tapi kalau ini amanah, ikhtilaf justru jadi rahmah," tegasnya.


Gus Sholah sapaan akrabnya juga mengungkapkan bahwa dalam 14 tahun terakhir, telah lahir 56 cucu dari Abah Masruri. Harapannya, mereka tidak hanya mewarisi nama, tetapi juga nilai dan semangat dakwah sang kakek.


Sementara itu, dalam testimoni alumni, KH Khotibul Umam yang nyantri di Al-Hikmah 2 pada tahun 1981–1985, mengenang bagaimana ia awalnya belum langsung tinggal di asrama karena dinilai belum siap secara mental. Ia kemudian tinggal di rumah Abah Masruri dan mendapat bimbingan langsung.


"Abah tidak pernah menegur keras. Saat saya gondrong, beliau hanya menyuruh saya cari tukang cukur. Saat kuku panjang, beliau memberi uang untuk membeli potong kuku. Itulah uswah bil hal," ungkapnya.


Kiai Umam juga menegaskan tiga pelajaran inti dari Abah Masruri:

  1. Pentingnya akhlak dalam berilmu,
  2. Kefahaman terhadap siasah sebagai sarana dakwah,
  3. Kedekatan kepada Allah (ma'rifatullah) sebagai arah hidup.


Bahkan saat menjabat sebagai anggota DPR RI tahun 1999, Kiai Umam masih mendapatkan nasihat dari Abah Masruri agar memahami mukadimah Ibnu Khaldun bahwa seluruh bangunan politik dan birokrasi harus berpijak pada akidah.


Puncak acara ditutup dengan mau’izhah hasanah oleh KH Ahmad Haris Shodaqoh. Ia menegaskan bahwa KH Masruri telah meninggalkan warisan amal jariyah yang sempurna.


"Dari hadits Rasulullah ﷺ, orang yang wafat akan terus mendapat pahala jika ia meninggalkan: anak saleh, ilmu yang bermanfaat, dan sedekah jariyah — dan tiga-tiganya terpenuhi pada diri beliau," ujarnya.


Gedung-gedung pesantren, ilmu yang menyebar ke berbagai penjuru, serta anak-anak beliau yang terus berkhidmah adalah bukti nyata dari warisan tersebut. Kiai Haris pun mengajak jamaah untuk mencintai para ulama.


"Sebab dawuh Kanjeng Nabi, al-mar’u ma’a man ahabba — seseorang akan dikumpulkan bersama siapa yang ia cintai. Semoga kita semua termasuk golongan itu," pungkasnya.


Turut hadir dalam kegiatan tersebut di antaranya KH Ali Sodaqoh, Sekretaris MUI Jawa Tengah KH Muhiddin, jajaran PWNU Jawa Tengah, serta para alumni pondok, seperti KH Khotibul Umam dan tokoh-tokoh lain dari berbagai wilayah.
 

Penulis: Baqi Maulana Rizqi