
Gus Rozin sambutan pembukaan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) I di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Semarang, Sabtu (24/8/2024). (Foto: NUOJateng/Amar)
Lawinda Rahmawati
Penulis
Semarang, NU Online Jateng
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin, menegaskan pentingnya Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) I sebagai forum untuk mempertajam dan melegitimasi program kerja yang akan dijalankan oleh lembaga-lembaga di bawah PWNU Jawa Tengah masa khidmah 2024-2025. Hal ini disampaikannya dalam pembukaan Muskerwil I di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Semarang, Sabtu (24/8/2024).
“Muskerwil ini menjadi forum yang sangat penting untuk menyusun, mempertajam, sekaligus memberikan legitimasi atas program kerja yang akan dijalankan oleh PWNU Jawa Tengah 2024-2025,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa perumusan program kerja Nahdlatul Ulama didasarkan pada berbagai fenomena sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan yang terjadi akhir-akhir ini.
“Kita merasa bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kedudukan NU sebagai salah satu pilar civil society atau masyarakat sipil terasa kurang optimal,” katanya.
Gus Rozin menjelaskan, meskipun setelah reformasi kekuatan negara semakin menguat, ia prihatin apabila kekuatan tersebut tidak diimbangi dengan peran civil society yang kuat.
“Kita menyadari bahwa kekuasaan tidak boleh berjalan tanpa keseimbangan, dan dalam peradaban manapun, kekuasaan harus diimbangi dengan kekuatan civil society,” ujarnya.
Oleh karena itu, NU merasa perlu memperkuat civil society dengan memberdayakan basis-basis Nahdliyyin dan klaster-klaster yang dimiliki melalui kerja-kerja pemberdayaan yang taktis dan strategis.
“Dalam konteks ini, kita melihat perubahan yang wajib kita perhatikan. Di tengah dunia digital yang semakin mendominasi, tata cara dan perilaku orang dalam beragama mengalami pergeseran yang signifikan,” kata Gus Rozin.
Lebih lanjut, perubahan yang dimaksud juga termasuk perubahan pola ekonomi yang menjadi perhatian dan pertimbangan PWNU Jawa Tengah dalam penyusunan program kerja.
“Semua keprihatinan dan perubahan ini menuntut kita untuk secara serius menentukan program secara strategis. Jika kita memilih untuk memperkuat civil society, maka fokus kita tidak akan jauh dari pemberdayaan, mulai dari PW, PC, MWC, hingga ranting dan anak ranting,” ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa meskipun setiap Badan Otonom (Banom) memiliki tugas yang berbeda, semuanya tetap memiliki satu tujuan dengan PWNU Jawa Tengah, yaitu pemberdayaan masyarakat dan Nahdlatul Ulama.
“Memberdayakan organisasi, jamaah, dan anggotanya adalah tugas kita bersama. Dengan besarnya Nahdlatul Ulama Jawa Tengah, kita tidak akan mampu melaksanakan tugas ini tanpa kontribusi aktif dari Banom-Banom NU,” pungkasnya.
Terpopuler
1
LP Ma’arif dan IPNU-IPPNU Jateng Gelar TOT: Bergerak Bersama Pelajar Berbudaya Annahdliyah
2
JPZIS Sejam Pati Gelar Khitan Gratis VVIP di Hotel Safin, Bantu Anak Yatim hingga Duafa
3
Ibu-Ibu IHM NU Weleri Kendal Sambangi Rumah Calhaj, Bawa Doa dan Semangat Persaudaraan
4
LBH Ansor Kendal Teguhkan Militansi Kader di PKD Boja: Bangun Generasi Melek Hukum dan Berakhlak
5
Instruksi Ketua Umum PBNU Kepada Kader Ansor di Harlah Ke-91
6
Fatayat NU Demak Pacu Kapasitas Kader, Dorong Perempuan Tangguh di Era Digital
Terkini
Lihat Semua