Gus Rozin Dorong Sistemisasi Pesantren dan Kesetaraan Hak dalam Pendidikan
Ahad, 26 Januari 2025 | 07:00 WIB

KH Abdul Ghaffar Rozindalam acara Naharul Ijtima' Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah yang berlangsung pada Sabtu (25/1/2025) di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal.
Nazlal Firdaus Kurniawan
Kontributor
Kendal, NU Online Jateng
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan saat ini kita harus bekerja keras untuk menyiapkan banyak hal. Terutama menyiapkan sistemisasi di pesantren. Hal ini disampaikan dalam acara Naharul Ijtima' Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah yang berlangsung pada Sabtu (25/1/2025) di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal.
"Sehingga pesantren itu tidak hanya keputusan semua diambil dilevel pusat, sehingga ada semacam distribusi kepemimpinan di pesantren. Sehingga beban di pesantren itu tidak hanya di tangan Kiai," ujar Gus Rozin.
Pengasuh pesantren Maslakul Huda, Kajen Pati tersebut juga menyampaikan terkait kesetaraan pendidikan pesantren dengan umum, sudah ada amanah undang-undang artinya negara sudah tidak boleh lagi untuk membedakan antara lulusan pesantren dengan lulusan umum.
"Walaupun pesantren itu tafaqquh fiddin atau mempelajari agama, kalau dia lulus ujian doktornya ya harus diterima dan tidak boleh ditolak berdasarkan ijazahnya," tegasnya.
Demikian juga, lanjutnya, kalau ingin bekerja di pemerintah misalnya ya pemerintah wajib untuk mengikutkan seleksi dan tidak boleh didiskriminasi karena ijazahnya.
"Berkaitan dengan makanan gizi gratis (MBG), pesantren sudah punya pengalaman lama untuk menangani ratusan bahkan ribuan santri. Oleh karena itu, kalau MBG betul-betul ada di pesantren itu akan memberikan nilai tambah. Dan pengalaman pesantren itu bisa dimanfaatkan untuk manajemen MBG yang baik, seharusnya memang pesantren mendapatkan MBG. Sebab pesantren juga pembayar pajak dan para santri itu juga kader-kader bangsa juga," terang Gus Rozin.
Kalau sekolah mendapatkan MBG, demikian halnya juga pesantren harus mendapatkan hak yang sama, lanjut pria kelahiran 31 Juli 1976 ini.
Dirinya juga berpesan terkait hari lahir NU ke 102, bahwa kita belum merayakannya secara substantif. Kurangi kegiatan yang sifatnya seremonial dan hore-hore, karena dua tahun yang lalu kita sudah merayakan satu abad NU dengan acara yang besar.
"Di usia 102 tahun NU, mari kita rayakan dengan hal-hal seperti ini yakni dengan membangun sistem pesantren, dengan membangun sistem program yang baik untuk para santri. Dengan memperbaiki prosedur yang ada di pesantren, sehingga menghindarkan alasan itu," tandasnya.
Dalam acara Naharul Ijtima RMI PWNU Jateng ini, selain dihadiri oleh para pengurus RMI NU se Jawa Tengah, dan para pengasuh pesantren se Jateng. Turut hadir Gus Taj Yasin Maemoen, Kementerian Agama RI, Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, para pengurus di PWNU Jateng beserta Lembaga dan Badan Otonom NU, pemerintah Provinsi Jateng dan Pemerintah Daerah kabupaten Kendal.
Terpopuler
1
Spiritualitas dan Kebersamaan dalam Ziarah dan Sahur On The Road Kamaresa 2025
2
Ngabuburit Ngaji Kitab Kuning di Ponpes Al Musthofa Tebuireng 16
3
Ifthar On The Road: Pondok Pesantren Al-Amanah Berbagi Buka Puasa Bersama Ojek Online
4
GP Ansor Ranting Sumbarang Tegal Gelar Tarkhim di Mushola Baitussholihin
5
PCINU Tiongkok Gelar Konfercab IV, Ahmad Syifa dan Muhammad Hasyim Habibie Mustofa Terpilih sebagai Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah
6
Mengenang Wafatnya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari : Tokoh dibalik resolusi Jihad & Pentingnya Sanad Keilmuan.
Terkini
Lihat Semua