• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Regional

Film 'Seno Bedo' Angkat Pesan Pendidikan Inklusif

Film 'Seno Bedo' Angkat Pesan Pendidikan Inklusif
Cover Film 'Seno Bedo' (Dok. Niamil Hida)
Cover Film 'Seno Bedo' (Dok. Niamil Hida)

Pekalongan, NU Online Jateng
"Seno berbeda tidak apa-apa. Seno kan manusia, pasti berbeda dengan yang lain. Seno bukan batu bata, yang dicetak sama dengan yang lainnya,"

Kalimat yang diucapkan seorang guru kepada muridnya yang bernama Seno, menjadi dialog pamungkas dalam film 'Seno Bedo'. Sebuah film karya dari para guru dan murid Madrasah Ibtidaiyah Walisongo (MIWS) Kranji 1, Kedungwuni, Pekalongan, yang berhasil menjadi juara 1 lomba film pendek tingkat MI/SD yang diselenggarakan Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Kabupaten Pekalongan.

Kalimat tersebut sekaligus menjadi penegasan pesan yang ingin diangkat oleh sang pembuat film, yakni mengenai pendidikan inklusif. "Kisahnya terinspirasi dari pengalaman seorang murid MI Kranji 1, murid pindahan yang mempunyai kebutuhan berbeda, karena perbedaan usia biologis dengan usia psikologis," ungkap Kepala MI Walisongo Kranji 1, M Niamil Hida, Selasa (22/3).

Dijelaskan, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

"Meski sudah banyak sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif, namun pada kenyataannya para Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) masih banyak dari mereka yang dituntut agar selalu sama dengan anak lainnya," ucapnya.

"Semuanya dituntut untuk sama, padahal kebutuhan dan hambatannya berbeda," sambung Ketua Jaringan Sekolah Madrasah Belajar itu.

Melalui pembuatan film pendek ini, dirinya berharap agar menjadi inspirasi sekaligus penyemangat perjuangan para guru dan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif, selain itu memberikan dukungan agar muncul kepercayaan diri pada anak-anak yang seperti Seno ini, untuk tumbuh menemukan potensinya.


Film Pertama

Dijelaskan, film 'Seno Bedo' ini merupakan film pendek pertama yang dibuat oleh para guru dan siswa MIWS Kranji 1. "Sebelumnya hanya visualisasi dari pelajaran sejarah, belum sampai dibuatkan dalam bentuk film. Alhamdulillah, dari semula rencana yang tak jua terwujud, akhirnya pembuatan film pendek ini bisa terealisasi," jelasnya.


"Pembuatan film pendek ini menjadi sebuah pengalaman berharga para pemain dan kru film, yang notabene hanya melibatkan beberapa guru dan siswa kelas 6 Al-Khawarizmi. Kendala minimnya pendalaman karakter, proses akting, dan lainnya menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam pembuatan film ini," terangnya.

Salah satu guru yang ikut terlibat menjadi pemain dalam film Munafiul Khoirot menyatakan senang dengan pengalaman belajar yang baru ini. "Ke depan semoga ada pihak yang bisa diajak kerja sama, untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih seru kepada murid," harapnya.

Sementara penuturan dari siswa yang menjadi pemeran Seno, Rafael mengatakan, keseruan dalam pembuatan film, yang meski harus banyak mengulang, dalam beberapa adegan. "Ambil gambarnya berjam-jam, tapi filmnya cuma 10 menit," ujar Rafael.


Suasana proses pembuatan film


Harlah NU

Film 'Seno Bedo' sendiri merupakan pemenang dari lomba yang diadakan Pengurus Cabang LP Ma'arif NU Kabupaten Pekalongan. Tampil sebagai juara kedua dan ketiga dalam lomba film pendek tingkat SD/MI ini yakni MI Walisongo Kranji 2 dan MI Sullam Taufiq Kajen.

Lomba yang diselenggarakan mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTS, hingga MA/SMA/SMK tersebut dihelat dalam rangka peringatan Harlah ke-99 NU. "Rangkaian kegiatannya ada banyak. Lomba dilaksanakan secara daring, mempertimbangkan saat itu sedang PPKM level 2," terang Sekretaris Panitia Lomba Ahmad Ardabili, Rabu (23/3).

Adapun jenis lomba, meliputi pembuatan video pembelajaran untuk para guru. Kemudian film pendek dan video melantunkan shalawat an-Nahdliyah. "Ada 50-an video yang masuk ke dewan juri," ungkap Kepala MA Dr Ibnu Mas'ud itu.

Penulis: Ajie Najmuddin


Regional Terbaru