Imam Hamidi Antassalam
Kontributor
Cilacap, NU Online Jateng
Kiai Sukiran Hadi Marzuki mengatakan, banyak cara yang bisa dilakukan antara murid dan guru agar bisa sambung terhubung (saling terikat) yakni dengan cara berkhidmah.
"Khidmah mungkin tidak asing lagi di kalangan para santri terutama kalangan Nahdliyin, khidmah merupakan salah satu cara meraih keberkahan ilmu dan karena sejatinya memang santri perlu untuk berkhidmah agar keberkahan selalu mengucur padanya," tegas Kiai Sukiran saat ceramah di Masjid Baiturrahman Dawuan Desa Bener, Majenang, Cilacap dalam rangka agenda silaturahim dan safari Jumat bulan suci Ramadhan 1442 H yang dihelat Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Majenang pada Jumat (17/4).
Dia menjelaskan Khidmah sendiri berasal dari kata خدم yang menurut bahasa artinya melayani atau membantu, sedangkan khidmah menurut tradisi NU yakni melayani atau membantu kiai.
"Santri NU dengan sepenuh tenaga disertai dengan kesabaran dan keikhlasan semata-mata hanya mencari ridha Allah dan juga ridha guru/kiai agar ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, karena keridhaan guru kiai merupakan keberhasilan utama santri," terangnya.
"Melekatnya ilmu dapat diperoleh dengan cara banyak muthalaah dan barokahnya dapat di peroleh dengan cara berkhidmah, sedangkan manfaatnya dapat diperoleh dengan adanya restu dari guru," sambungnya.
Disampaikan, khidmah ada tiga macam, khidmah yang pertama yakni khidmah bi an-nafs, yaitu khidmah dengan fisik atau tenaga. "Khidmah ini bisa dilakukan dengan hal-hal kecil, seperti merapikan sandal kiai, mencuci kendaraan kiai, dan lain sebagainya.
Khidmah kedua lanjutnya, adalah khidmah bi al-maal, yaitu khidmah dengan harta. Khidmah yang semacam ini bisa dilakukan santri ketika punya berpenghasilan.
"Khidmah dengan harta ini bisa dilakukan ketika santri punya penghasilan sendiri. Misalnya melalui Koin NU, dengan menyumbangkan hartanya untuk kepentingan umat, atau pembangunan pondok pesantren dan lain-lain.
"Khidmah ketiga adalah khidmah bi ad-du'a, yaitu khidmah dengan cara mendoakan guru. Mendoakan guru termasuk sebagai adab penuntut ilmu. Maka sebagai santri sudah seharusnya selalu mendoakan guru layaknya seorang anak mendoakan orang tuanya. Karna guru adalah pendidik rohani, sedangkan orang tua lebih banyak berperan sebagai pendidik jasmani.
Wakil Sekretaris MWCNU Majenang Badrus Sholih Bin Kosim mengatakan, kegiatan silaturahim dan Safari Ramadhan 1442 H 'Jumat Berkah' MWCNU Majenang ini diadakan guna mempererat tali silaturahim antarpengurus MWCNU, Ranting NU, serta warga masyarakat.
"Diharapkan memperkuat Ukhuwah Islamiah antar warga NU dan persaudaraan antarpengurus baik MWC maupun ranting akan terus melekat, tidak hanya di bulan suci Ramadhan, namun terus berlanjut hingga waktu yang akan datang," pungkasnya.
Kontributor: Imam Hamidi Antassalam
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Ahad Kliwonan dan Pelantikan Pengurus NU Se-Tawangsari Digelar di Panggung Alam Taruwongso
2
Pesantren Tarbiyatul Qur’an Al Waro’ Juwiring, Warisi Perjuangan Kiai Muslimin Santri Pendherek KH Al Mansur Popongan
3
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
4
Gerakan Pemuda Ansor: Pilar Pembangunan dan Pemersatu Dinamika Desa
5
Dosen IAI An-Nawawi Purworejo Tawarkan Konsep At-Takāmul At-Takayyufi dalam Pendidikan Moderasi Beragama
6
MA Nurul Qur’an Simo Gelar PETANU: Santri Harus Berani Mengaku NU
Terkini
Lihat Semua