• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 21 Mei 2024

Regional

Budayawan Tegal Sebut Buku Teologi Wabah Penting Dibaca Masyarakat

Budayawan Tegal Sebut Buku Teologi Wabah Penting Dibaca Masyarakat
Acara bedah buku Karya Ketua PW LBMNU DKI Jakarta di Pesantren Nurul Hayah Brebes, Jateng (Foto: NU Online Jateng/Wasdiun)
Acara bedah buku Karya Ketua PW LBMNU DKI Jakarta di Pesantren Nurul Hayah Brebes, Jateng (Foto: NU Online Jateng/Wasdiun)

Brebes, NU Online Jateng
Buku 'Teologi Wabah: Memahami dan Menyikapi Wabah Corona' Karya Mukti Ali dan Roland Gunawan yang dibedah di Pesantren Nurul Hayah Ketanggungan Brebes, Jawa Tengah penting dibaca masyarakat.

 

Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik menilai kalau buku tentang wabah ini cukup holistik. Tidak hanya dikonsumsi untuk warga NU tetapi juga Muhammadiyah, masyarakat, dan aliran lainnya secara teologi. 

 

“Sehat adalah perintah horisontal, Allah menurunkan penyakit dan pasti ada obatnya,” ungkap Atmo yang juga Ketua PC Lesbumi NU Kota Tegal. 

 

Rasulullah menyarankan memakan madu untuk berobat, dan di Brebes kita memakan rempah-rempah seperti mengunyah srimpang jahe, minum madu, Bawang yang dibarengi dengan membaca doa dan shalawat.

 

Kepada NU Online Jateng, Senin (26/10) Atmo berharap, buku karya KH Mukti Ali bisa menambah wawasan perihal wabah yang sering menimpa bangsa Indonesia, termasuk pandemi Covid-19. "Semoga masyarakat tercerahkan dengan hadirnya buku yang sangat bagus ini," pungkasnya.

 

Diketahui, buku yang mengupas tentang wabah termasuk wabah Virus Corona dibedah langsung oleh Penulisnya KH Mukti Ali Qusyairi, Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik, dan Ki Dalang Haryo Enthus Susmono.

 

KH Mukti Ali Qusyairi menyatakan bahwa bukunya antara lain mengupas tentang sejarah wabah yang pernah terjadi selama peradaban manusia selama tiga ribu tahun yang lalu hingga sekarang muncul pandemi Covid-19. Dan secara khusus juga mengupas tentang sejarah Corona dari Wuhan hingga sampai ke Indonesia.

 

“Terhadap fenomen Corona, umat Islam wajib menyikapi dengan cara ikhtiar,” papar Mukti Ali yang juga Ketua Lembaga Batsul Masail (LBM) PWNU DKI Jakarta saat bedah buku di Pesantren Nurul Hayah Ketanggungan Brebes, Sabtu (24/10).

 

Menurutnya, wajib berikhtiar mengenai Corona antara lain dengan mengikuti protokol kesehatan seperti anjuran pemerintah ingat 3 M. Pertama mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak. 

 

"Protokol kesehatan itu bukan sesuatu yang yang berlebihan, tetapi sebenarnya langkah yang moderat," tegasnya. 

 

Dalam pandangan Mukti Ali, kebijakan pemerintah Indonesia yang mengambil langkah berbeda dengan kebijakan negara lain sangat bagus. Dalam artian tidak mengambil langkah Lockdown, namun cukup dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerapan protokol kesehatan. 

 

"Lockdown melumpuhkan tidak hanya segi kesehatan itu sendiri yang tetapi juga segi ekonomi. Dan sekarang membuktikan kalau WHO menyarankan tidak lochdown, karena menimbulkan persoalan kesehatan dan ekonomi itu tadi," ujarnya. 

 

Dikatakan, dirinya menulis buku tersebut untuk menguatkan umat muslim uantuk wajib berikhtiar dan berdoa ketika menemui wabah. Bahwa ikhtiar itu wajib, sesuai perintah agama. Ikhtiar kita sebagai umat dengan mematuhi protokol kesehatan dan ikhtiar pemerintah juga wajib dengan mencari vaksin untuk mendapatkan obat corona sehingga pandemi ini segera selesai," paparnya.

 

Pengasuh Pesantren Nurul Hayah KH Ja’far Ath-Thoyar mengapresiasi kegiatan Bedah Buku untuk meramaikan Hari Santri 2020. Di sisi lain, dengan kehadiran penulis dan budayawan serta seniman di pesantrennya, memberikan pembelajaran kepada santri bahwa seorang santri harus memiliki disiplin ilmu yang multi dimensi. 

 

"Santri harus ada yang jadi dokter, pengusaha, ekonom, politikus, dan lain-lain bidang keahlian," ucapnya.

 

Menyikapi wabah, Kiai Ja’far menjelaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya sejak sebelum ada Nabi dan setelah ada Nabi. Pengobatannya pun melalui proses dan penyakitnya juga sembuh perlahan-lahan.

 

“Seorang santri harus maju berfikir untuk memberi solusi. Benar dan tidak benar terserah pada Allah. Sebab dalam sebuah ikhtiar, jika salah mendapat satu pahala dan jika benar mendapat dua pahala,” tandasnya.

 

Kontributor: Wasdiun
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru